Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah, Rupiah Unjuk Gigi di Asia

Rupiah unjuk gigi memimpin penguatan mata uang di Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (4/1/2019).
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah unjuk gigi memimpin penguatan mata uang di Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (4/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat tajam 147 poin atau 1,02% di level Rp14.270 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan Kamis (3/1/2019) ketika rebound dan berakhir terapresiasi 41 poin atau 0,28% di level Rp14.417 per dolar AS.

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai berlanjut setelah dibuka menguat 37 poin atau 0,26% di level Rp14.380 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.266 – Rp14.380 per dolar AS.

Tak hanya menaklukkan dolar AS, rupiah juga mampu menjadi yang terkuat di antara mata uang lainnya di Asia. Menempati posisi terkuat selanjutnya terhadap dolar AS adalah rupee India dan baht Thailand yang masing-masing terapresiasi 0,7% dan 0,45%.

Sebaliknya, nilai tukar yen Jepang yang beberapa hari terakhir diuntungkan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan global petang ini terpantau melemah 0,3% ke level 108 yen per dolar AS pada pukul 18.10 WIB.

Seperti diberitakan Reuters, sentimen pasar finansial terdongkrak setelah pemerintah China mengonfirmasikan rencana diskusi perdagangan dengan AS di Beijing pada 7 - 8 Januari.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Perdagangan China mengonfirmasi bahwa Deputi Perwakilan Perdagangan AS Jeffrey Gerrish akan memimpin delegasi AS untuk pembicaraan perdagangan pekan depan.

Rencana pembicaraan ini menambah harapan bahwa dua ekonomi terbesar dunia tersebut tengah mengupayakan cara untuk meredakan ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar finansial global hampir sepanjang 2018.

“Sentimen telah bergeser sedikit ke sisi positif, itulah sebabnya kita melihat yen melemah,” ujar Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau turun 0,103 poin atau 0,11% ke level 96,202 pada pukul 18.01 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka terkoreksi tipis 0,028 poin atau 0,03% di level 96,277, setelah pada perdagangan Kamis (3/1/2019) berakhir melemah 0,53% atau 0,514 poin di posisi 96,305.

Menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, pelemahan dolar tersebut didorong oleh kekhawatiran investor terhadap pelemahan ekonomi AS pascarilis data Institute for Supply Management (ISM) manufaktur AS bulan Desember.

Data manufaktur ISM pada Desember tercatat sebesar 51.1, lebih rendah dari bulan November sebesar 62.1 sekaligus merupakan yang terendah sejak November 2016.

“Pelemahan sektor industri di AS disinyalir akibat dampak perang dagang yang berlangsung antara AS-China,” paparnya dalam riset harian.

Pasar selanjutnya akan mencermati komentar Gubernur The Fed Jerome Powell pada hari ini waktu setempat di Atlanta dan rilis laporan payroll AS untuk Desember 2018 guna memperoleh indikasi kesehatan ekonomi secara keseluruhan.

“Perdagangan akan tetap terlihat hati-hati menjelang rilis data nonfarm payroll,” jelas UOB.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada Kamis (3/1), Presiden Fed wilayah Dallas Robert Kaplan mengakui sejumlah isu seperti perlambatan pertumbuhan global dan pengetatan kondisi keuangan.

Sikap The Fed yang dovish kemungkinan akan menahan greenback di bawah tekanan dalam beberapa bulan mendatang sekaligus menguntungkan mata uang pasar negara berkembang (emerging market).

Turut mendorong penguatan rupiah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan, BI mengadakan lelang domestic non-deliverable forward DNDF pada hari ini, selain melakukan intervensi langsung melalui delapan broker setelah lelang.

“Lelang dan intervensi yang bertujuan mendukung rupiah dan memastikan likuiditas di pasar NDF dalam negeri,” ungkap Nanang, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper