Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Industri Dasar Masih Menarik pada 2019, Ini Rekomendasinya

Kinerja saham-saham emiten industri dasar dan kimia naik 24,01% atau menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya sepanjang tahun lalu.
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja saham-saham emiten industri dasar dan kimia naik 24,01% atau menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya sepanjang tahun lalu.

Penguatan diproyeksi masih akan berlanjut pada tahun ini, meski tidak setinggi pada 2018.
 
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip pada Rabu (2/1/2019), saham emiten industri dasar dan kimia diikuti sektor pertambangan yang menguat 11,45%. Sementara itu, sektor keuangan dan industri lain-lain masing-masing menguat 3,05% dan 0,96%.

Selebihnya, kinerja sektor pertanian, industri barang konsumsi, properti, real estat dan konstruksi, infrastruktur dan transportasi, perdagangan dan jasa, serta sektor manufaktur masih berada di zona merah.
 
Berdasarkan data kinerja emiten industri dasar, beberapa kelompok emiten yang menjadi saham penggerak indeks adalah emiten kertas, unggas, dan semen. 
 
Analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menjelaskan kinerja emiten kertas yang positif didorong oleh meningkatnya permintaan dari China, yang menguasai 26% dari total konsumsi kertas dunia, sehingga mengerek harga bubur kertas. 
 
Di sisi lain, China tengah mengalami defisit produksi kertas sehingga mengharuskan lebih banyak impor untuk menutup defisit. Ini menguntungkan Indonesia sebagai produsen kertas terbesar, selain Brasil. 
 
"Pendorongnya adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP), PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW)," paparnya, Rabu (2/1). 
 
Lebih lanjut, kinerja emiten unggas yang atraktif didorong oleh harga broiler dan bibit ayam yang naik. Pada kuartal II/2018, laba emiten unggas tumbuh tinggi karena sentimen puasa dan Lebaran sehingga mendorong konsumsi.
 
Di samping itu, emiten unggas diuntungkan ketersediaan jagung dari domestik sebagai bahan baku pakan sehingga dapat meminimalisasi risiko fluktuasi rupiah.

"Itu kenapa kinerja mereka bisa naik karena dapat bahan makanan lebih murah juga," lanjut Wisnu. 
 
Untuk emiten semen, kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) pada kuartal III/2018 membaik dibandingkan dengan kuartal II/2018 yang didorong oleh pertumbuhan penjualan yang positif setelah ekspansi ke Asean. Naiknya harga saham SMGR sepanjang tahun lalu didorong sentimen rencana akuisisi terhadap PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB). 
 
Dia menilai emiten kertas masih menarik karena laba masih berpeluang tumbuh tinggi seiring dengan masih adanya peluang permintaan kertas dari China dan harga pulp yang masih berpotensi naik. Untuk 2019, Wisnu lebih melirik TKIM dengan target price Rp16.000 per lembar dan INKP dengan target price Rp15.000 per lembar. 
 
Emiten unggas juga dinilai masih menarik karena diyakini dapat menangkal risiko kenaikan bahan baku dengan menyerap jagung dalam negeri, meski lebih selektif. Untuk 2019, Wisnu merekomendasikan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dengan target price Rp2.500 per lembar dan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) dengan target price Rp1.600 per lembar. 
 
"Pada intinya, industri dasar masih menarik, tetapi mungkin tidak seatraktif 2018, karena masih ada sektor lain. Di tahun politik masih banyak sektor yang lebih atraktif seperti keuangan. Semoga saja industri dasar bisa menjadi salah satu sektor yang memberikan return," imbuh Wisnu. 
 
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyatakan sejumlah katalis mendorong emiten industri dasar mendapat apresiasi dari pasar sepanjang tahun lalu.

Di antaranya, pertumbuhan signifikan emiten unggas seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan JPFA memotori fundamental turut naik, INKP dengan valuasi emiten kertas yang masih cukup murah serta konsisten dalam memberikan laba, dan harga minyak dunia yang relatif cukup bagus di pengujung tahun sehingga menguntungkan bagi emiten seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). 
 
Dia menilai sektor industri dasar dan kimia masih cukup bagus pada tahun ini, meskipun rata-rata pertumbuhannya diproyeksi tidak setinggi tahun lalu. Saham-saham yang direkomendasikannya adalah yang memiliki valuasi yang masih murah seperti JPFA, INKP, dan TKIM. 
 
Di pasar modal, pada awal perdagangan Kamis (3/1), saham TKIM dibuka di level Rp11.050, saham INKP dibuka di level Rp11.450, dan JPFA di level Rp2.190.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper