Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Jelang Akhir Tahun, Harga SUN Masih Berpeluang Naik

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan kembali bergerak bervariasi dengan adanya peluang untuk mengalami kenaikan pada Kamis (27/12/2018), menjelang berakhirnya hari perdagangan tahun ini.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan kembali bergerak bervariasi dengan adanya peluang untuk mengalami kenaikan pada Kamis (27/12/2018), menjelang berakhirnya hari perdagangan tahun ini.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan hari perdagangan tahun ini akan berakhir pada Jumat (28/12). Dia memproyeksi pelaku pasar akan berusaha memanfaatkan sisa hari perdagangan tersebut guna mengoptimalkan kinerja portofolionya (window dressing).

Namun, kenaikan harga akan dibatasi oleh faktor penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia yang juga akan berpotensi memberikan tekanan terhadap rupiah.

Sementara itu, pada pekan depan, pemerintah telah berencana untuk melaksanakan lelang SUN dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari 6 seri  yang ditawarkan. Target tersebut merupakan bagian dari target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) melalui lelang pada kuartal I/2019 yang mencapai Rp185 triliun dari 7 kali lelang SUN dan 6 kali lelang Sukuk Negara.

"Dengan adanya peluang kenaikan harga SUN pada hari ini, maka kami sarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga SUN di pasar sekunder. Investor dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk mulai melakukan realisasi keuntungan jelang pelaksanaan lelang penjualan SUN pada pekan depan," papar Made dalam riset harian, Kamis (27/12).

Adapun untuk seri acuan yang direkomendasikan pada 2019 adalah FR0077 (tenor 5 tahun), FR0078 (tenor 10 tahun), FR0068 (tenor 15 tahun), dan FR0079 (tenor 20 tahun). Seri FR0079 merupakan seri baru yang akan ditawarkan dalam lelang pekan depan.

Pada perdagangan Rabu (26/12), imbal hasil SUN bergerak bervariasi dengan kecenderungan naik di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan koreksi yang terjadi di indeks saham global menjelang libur pada awal pekan.

Yield SUN berubah hingga 7 bps, didorong oleh perubahan harga yang mencapai 40 bps. SUN dengan tenor pendek cenderung mengalami kenaikan imbal hasil hingga 7 bps, didorong koreksi harga yang mencapai 15 bps.

Sementara itu, imbal hasil SUN tenor menengah meningkat 4 bps, didorong penurunan harga sebesar 15 bps. Untuk tenor panjang, imbal hasilnya bergerak bervariasi dengan kecenderungan turun sebesar 4 bps, didorong oleh perubahan harga hingga 40 bps.

Untuk SUN seri acuan, kenaikan imbal hasil yang terjadi berkisar 1,6-2,8 bps dengan didorong oleh penurunan harga sebesar 20 bps.

Yield SUN seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun naik 2 bps, masing-masing ke level 7,764% dan 8,364%. Untuk tenor 10 tahun, imbal hasilnya meningkat mendekati 3 bps ke level 7,957% dan untuk tenor 15 tahun naik 1,5 bps ke level 8,159%.

Secara keseluruhan, aktivitas perdagangan cenderung terbatas yang tercermin pada volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Pelaku pasar tampak berhati-hati dalam melakukan transaksi dan selektif terhadap seri-seri dengan tenor di bawah 10 tahun.

Untuk SUN berdenominasi dolar AS, pergerakan imbal hasilnya terlihat terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan. Hal tersebut didukung oleh penurunan tingkat yield US Treasury.

Imbal hasil INDO29 mengalami penurunan kurang dari 1 bps ke level 4,556%, yang didorong oleh kenaikan harga sebesar 5 bps. Sementara itu, imbal hasil INDO26 mengalami penurunan sebesar 1 bps ke level 4,485% setelah mengalami kenaikan harga yang terbatas, yakni sebesar 6,5 bps.

Terbatasnya pergerakan imbal hasil SUN seri acuan terjadi di tengah beragamnya arah perubahan surat utang global.

Volume perdagangan SBN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,83 triliun 40 seri yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp956,83 miliar.

Obligasi Negara seri FR0053 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp620 miliar dari 18 kali transaksi. Diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp572 miliar dari 9 kali transaksi.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp230,8 miliar dari 6 kali transaksi. Diikuti oleh Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS08022019 senilai Rp225 miliar dari 2 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp992,3 miliar dari 55 seri obligasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 Seri B (ISAT01BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp139,2 miliar dari 7 kali transaksi. Diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN3) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi.

Adapun Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri A (SMADMF03ACN2) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp51 miliar dari 2 kali transaksi. Diikuti oleh Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) senilai Rp27 miliar dari 2 kali transaksi.

Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup melemah 24,2 pts (0,17%) ke level Rp14.577 per dolar AS. Pelemahan terjadi di tengah beragamnya arah pergerakan mata uang regional terhadap dolar AS.

Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh yen Jepang (JPY) sebesar 0,24%, diikuti oleh rupiah. Adapun ringgit Malaysia (MYR) memimpin penguatan mata uang regional setelah menguat 0,19%, diikuti rupee India (INR) dan dolar Singapura (SGD) yang masing-masing menguat 0,09%.

Di sisi obligasi global, yield surat utang global ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi pada perdagangan kemarin.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik ke level 2,80% seiring adanya perbaikan di pasar saham, mengurangi permintaan terhadap instrumen investasi yang lebih aman (safe haven asset).

Kenaikan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jepang dan Jerman yang masing-masing ditutup di level 0,017% dan 0,25%. Adapun yield surat utang India dan Inggris ditutup turun, masing-masing di level 7,254% dan 1,262%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper