Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Pasokan Bayangi Kesepakatan Pemangkasan Produksi OPEC+

Harga minyak anjlok ke level rendah setelah investor meminta lebih banyak jaminan bahwa kesepakatan OPEC+ bisa bekerja secara efektif dalam menangani kemungkinan kenaikan pasokan dari AS.
Ilustrasi harga minyak mentah turun/Antara
Ilustrasi harga minyak mentah turun/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak anjlok ke level rendah setelah investor meminta lebih banyak jaminan bahwa kesepakatan OPEC+ bisa bekerja secara efektif dalam menangani kemungkinan kenaikan pasokan dari AS.

Genscape Inc. dan Pemerintah Amerika Serikat memprediksi pasokan AS akan kembali mengalami kenaikan dengan belum adanya kepastian terkait dengan efektivitas pemangkasan produksi oleh koalisi OPEC+.

Sementara itu risiko kemerosotan aset global setelah Presiden China Xi Jinping menyatakan tidak akan ada reformasi untuk menstimulasi pertumbuhan perekonomian China.

Minyak mentah masuk ke pasar bearish karena pandangan skeptis yang berkembang pada kemungkinan pelaksanaan pemangkasan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Trader minyak veteran Andy Hall menyebutkan bahwa hal tersebut membuat kekhawatiran akan kelebihan pasokan shale oil dari AS semakin menggunung, yang membuat prediksi pasokan global makin sulit dilakukan. Produksi dari AS juga membuat upaya untuk menyeimbangkan pasar dari Arab Saudi dan Rusia jadi lenyap.

“Pasar saat ini kebingungan dan mencari arah yang jelas untuk memprediksi harga minyak selanjutnya,” kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas Bank ANZ Group Ltd.

Hynes menambahkan, indikator ekonomi saat ini menggambarkan prospek makro yang beragam, tapi pemangkasan pasokan masih belum diterapkan. Untuk jangka pendek, harga minyak masih bisa tertekan lebih rendah sampai pasar mengalami pengetatan pasokan.

Pada perdagangan Selasa (18/12), harga minyak WTI mencatatkan penurunan 1,49 poin atau 2,99% menjadi US$48,39 per barel, melewati level terendah pada September 2017 di US$49,01 per barel. Harga minyak WTI membukukan penurunan harga hingga mencapai 19,91% sepanjang 2018 berjalan.

Adapun, harga minyak Brent pada sesi yang sama mengalami penurunan 1,6 poin atau 2,78% menjadi US$57,95 per barel. Secara year-to-date (ytd) harganya tercatat turun 13,34%.

Di China, Xi mengatakan bahwa negaranya sudah memasuki era baru di bawah kuasanya dan akan berperan lebih besar dalam urusan dunia sehingga membuka perekonomiannya menjadi semakin kompetitif meskipun mendapat tekanan dari AS.

Namun, Xi belum menawarkan gagasan baru untuk mendorong perekonomiannya atau meredakan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi negaranya lantaran bersengketa dengan AS.

Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Prasuamitra menuturkan bahwa kekhawatiran akan berkurangnya permintaan minyak mentah akibat perlambatan ekonomi global membuat harga minyak mentah turun hingga ke level terendah 15 bulan. 

Putu memproyeksikan harga minyak mentah WTI berpeluang melanjutkan penurunan ke kisaran antara US$47,90 – US$48,50 per barel. Sementara itu, resistan terdekatnya berada di kisaran US$50,60 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper