Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghiliran Batu Bara, Adaro (ADRO) Lebih Fokus PLTU

Untuk mengembangkan bisnis penghiliran batu bara, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) memiliki fokus membesarkan sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sambutan saat Perayaan 10 Tahun Initial Public Offering (IPO) sekaligus satu dekade transformasi bisnis perusahaan PT Adaro Tbk di Jakarta, Senin (16/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sambutan saat Perayaan 10 Tahun Initial Public Offering (IPO) sekaligus satu dekade transformasi bisnis perusahaan PT Adaro Tbk di Jakarta, Senin (16/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA—Untuk mengembangkan bisnis penghiliran batu bara, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) memiliki fokus membesarkan sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, dalam 3—4 tahun terakhir, perusahaan mengkaji peluang penghiliran batu bara untuk diolah menjadi berbagai produk seperti fuel, gas, dan amonia. Namun, produk hilir tersebut baru terasa ekonomis atau menguntungkan jika harga batu bara tengah turun.

Di sisi lain, perseroan mempertimbangkan penerimaan pasar terhadap produk hilir tersebut. Oleh karena itu, Adaro memilih fokus mengembangkan proyek PLTU.

“Kalau Adaro sendiri masih fokus ke coal to listrik. Karena kami ada proyek besar kayak Batang dan Tanjung. Kami fokus dulu nyelesaikan itu,” tuturnya setelah acara forum Iternational Energy Agency (IEA) Coal Forecats to 2023, Selasa (18/12/2018).

Saat ini, ADRO melalui entitasnya PT Adaro Power (AP) memilliki pipeline tiga pembangkit listrik dengan total daya 2260 MW. Pertama, dengan ukuran 2x30 MW yang telah beroperasi.

Kedua, PLTU Tanjung Power Indonesia (TPI) berkapasitas 2x100 MW di Kab. Tanjung, Kalimantan Selatan, yang diperkirakan beroperasi pada 2019. Ketiga, PLTU Bhimasena Power Indonesia (BPI) di Kab. Batang, Jawa Tengah berdaya 2x1000 MW, yang rampung pada awal 2020.

Dalam acara forum Iternational Energy Agency (IEA) Coal Forecats to 2023, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyampaikan, ke depannya perusahaan batu bara di Indonesia harus menciptakan nilai tambah melalui penghiliran.

“Jadi trennya kalau di luar negeri itu adanya perusahaan energi yang terintegrasi, bukan sekadar penambang batu bara,” imbuhnya.

Terkait Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Adaro masih memegang kontrak hingga 2022. Dengan demikian, perusahaan belum mengajukan perpanjangan kontrak baru.

Tahun depan, perusahaan memperkirakan produksi batu bara cenderung sama seperti target 2018, yakni sejumlah 54 juta—56 juta ton. Menurut Boy, langkah ini dilakukan karena Adaro sudah memiliki rencana jangka panjang sekaligus menjaga tingkat persediaan cadangan.

Di luar batu bara thermal, perusahaan berupaya meningkatkan produksi coking coal Kestrel Coal Resources Pty Ltd. (Kestrel) dan Adaro MetCoal (AMC) menjadi 6 juta—7 juta ton pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper