Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang & Kekhawatiran Pertumbuhan Global Tekan Bursa Asia Sepanjang 2018

Tak seperti tahun sebelumnya, bursa saham di Asia mencatat kinerja yang kurang menggembirakan sepanjang tahun 2018.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Tak seperti tahun sebelumnya, bursa saham di Asia mencatat kinerja yang kurang menggembirakan sepanjang tahun 2018.

Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang dipicu perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China menjadi salah satu sentimen penekan utama terhadap pergerakan di bursa Asia sepanjang tahun ini.

Perang perdagangan yang dipicu oleh tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump sebesar 25% dan 10% masing-masing terhadap impor baja dan aluminium dari seluruh negara, termasuk China, memicu aksi balasan dari China.

Meskipun pada pengujung tahun ketegangan perdagangan AS-China mereda setelah kedua negara sepakat melakukan ‘gencatan senjata’ menyusul pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping pada KTT G20, dampak negatif pada pasar modal masih terasa.

Bursa saham China paling merasakan dampak terhadap sentimen perang perdagangan ini, dengan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 mencatat penurunan terbesar di antara bursa saham utama lainnya di kawasan ini.

Sejak awal wahun hingga Senin (17/12/2018), indeks Shanghai Composite telah melemah hingga 21,58%. Angka ini pun jauh berbanding terbalik dengan kinerja pada periode yang sama tahun 2017, dengan indeks tercatat menguat hingga 5,24%.

Perang Dagang & Kekhawatiran Pertumbuhan Global Tekan Bursa Asia Sepanjang 2018

Indeks CSI 300 juga mencatat kinerja serupa, sejak awal tahun indeks telah melemah hingga 21,58%, berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat penguatan hingga 20,26%.

Meskipun melemah Goldman Sachs Group Inc memperkirakan saham China diperkirakan mengungguli bursa lainnya di tahun depan karena pelemahan ekonomi memaksa otoritas untuk mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk meningkatkan pertumbuhan.

“Meskipun bursa Asia telah bergerak ke arah penurunan tahun ini, kinerja pada 2019 akan cukup tenang," ungkap kepala analis Goldman wilayah Asia-Pasifik, Timothy Moe, seperti dikutip Bloomberg, Senin (26/12/2018).

Bursa saham Jepang tak luput dari tekanan akibat kekhawatiran perang perdagangan. Hingga Senin (17/12/2018), indeks Topix telah melemah hingga 12,29%, jauh berbeda dibandingkan dengan capaian pada 2017 silam yang mencatat penguatan 18,1% pada periode yang sama.

Salah satu dampak sentimen perang dagang terhadap bursa dapat dilihat pada perdagangan Jumat (23/3/2018), dengan indeks Topix berakhir anjlok 3,62% setelah sehari sebelumnya Presiden AS Donald Trump menandatangani memorandum presiden yang akan mengenakan tarif terhadap impor China bernilai hingga US$60 miliar.

Terlepas dari tren pelemahan, indeks Topix sempat mencatatkan level tertingginya sejak tahun 1991 pada Selasa (23/1/2018) saat ditutup menguat 1,01% ke level 1.911,07.

Seperti dilansir Bloomberg, penguatan indeks Topix ini didorong oleh Bank of Japan yang memutuskan tidak mengubah stimulus moneternya serta mempertahankan proyeksi suku bunganya.

Sementara itu, kinerja indeks Nikkei 225 mash lebih baik dibanding Topix, walaupun masih ditutup melemah 5,53% hingga Senin (17/12/2018). Adapun pada periode yang sama tahun sebelumnya, indeks Nikkei tercatat menguat 17,99%.

Indeks Nikkei juga sempat mencatatkan level tertingginya dalam 27 tahun teralhir pada Senin (1/10/2018). Indeks ditutup ditutup menguat 0,5% ke level 24.245,76 menyusul pelemahan nilai tukar yen.

Di bursa Hong Kong, indeks Hang Seng tercatat melemah 12,81% hingga akhir perdagangan Senin (17/12/2018). Pelemahan ini jauh berbeda dengan kinerja cemerlang tahun sebelumnya, yang mencatatkan lonjakan hingga 31,12%.

Sementara itu di Korea Selatan, indeks Kospi tercatat melemah 16,06% sepanjang tahun hingga Senin, berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 22,48% yang dicatat sepanjang periode yang sama tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper