Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Awali Pekan dengan Kehati-hatian, IHSG Melemah di Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG merosot 0,99% atau 61,1 poin ke level 6.108,74 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,1% atau 6,21 poin di posisi 6.163,63.
Seorang karyawan di Tokyo Stock Exchange (TSE). /Reuters
Seorang karyawan di Tokyo Stock Exchange (TSE). /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhempat di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (17/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG merosot 0,99% atau 61,1 poin ke level 6.108,74 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,1% atau 6,21 poin di posisi 6.163,63.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.099,94 – 6.174,22. Pada perdagangan Jumat (14/12), IHSG ditutup melemah 0,13% atau 7,88 poin di posisi 6.169,84.

Delapan dari sembilan sektor bergerak di zona merah, dipimpin sektor konsumer yang melemah 1,69%, disusul sektor properti ddengan pelemahan 1,51%. Adapun hanya sektor pertanian yang menguat sebeesar 0,25%.

Sebanyak 109 saham menguat, 259 saham melemah, dan 253 saham stagnan dari 621 saham yang diperdagangkan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang masing-masing melemah 2,91% dan 2,30% menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I.

IHSG melemah di saat indeks saham lainnya di kawasan Asia bergerak variatif siang ini, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (+1,39%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,10%), indeks SE Thailand (-0,45%), dan indeks PSEi Filipina (+0,12%).

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melorot 1,33% dan 1,80%, indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,17%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,58% dan 0,94%.

Dilansir Reuters, bursa saham Asia memulai pekan ini dengan kehati-hatian setelah data ekonomi yang lemah dari China dan Eropa menambah bukti pendinginan pertumbuhan global dan memperkuat kekhawatiran atas meluasnya dampak friksi perdagangan internasional.

Survei menunjukkan bisnis zona euro mengakhiri tahun dengan suasanya suram, dengan ekspansi mencatat laju paling lambat dalam lebih dari empat tahun terakhir karena pertumbuhan pesanan baru berkurang, tertekan oleh ketegangan perdagangan dan demonstrasi di Prancis.

Sentimen tersebut datang setelah China melaporkan serangkaian indikator yang lesu, dengan penjualan ritel tumbuh pada laju terlemah mereka sejak tahun 2003, sedangkan output industri naik dengan tingkat paling rendah dalam hampir tiga tahun terakhir.

Di AS, penjualan ritel yang tidak termasuk mobil, bensin, bahan bangunan dan layanan makanan naik 0,9% bulan lalu setelah kenaikan 0,7% naik pada Oktober.

Dengan latar belakang data tersebut, bank sentral Federal Reserve hampir pasti akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang dimulai pada hari Selasa pekan ini.

Pada saat yang sama, banyak pelaku pasar juga mengharapkan the Fed untuk menurunkan proyeksinya untuk kenaikan suku bunga di masa mendatang mengingat meningkatnya tekanan ekonomi.

"Anda dapat membantah bahwa jika Fed menurunkan estimasi, itu bisa diambil sebagai tanda perlambatan ekonomi lebih lanjut," kata Hirokazu Kabeya, kepala analis global di Daiwa Securities, seperti dikutip Reuters.

"Tetapi mengingat sentimen pasar yang rapuh, akan lebih berbahaya jika Fed berpegang pada pandangan untuk menaikkan suku bunga tiga kali tahun depan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper