Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prodia Widyahusada (PRDA) Incar Laba 2019 Tumbuh 20%

Prodia Widyahusada menargetkan pertumbuhan kinerja laba tahun depan mencapai 20%. Ini merupakan target tertinggi PRDA setelah mencatatkan sahamnya di pasar modal pada akhir 2016 lalu.
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) Dewi Muliaty (keempat kanan) bersama General Manager Divisi Enterprise Service Segment Healthcare & Welfare Service Telkom Umar Dani (dari kanan), Direktur Marketing & Sales Infomedia Andang Ashari, Direktur Prodia Andri Hidayat, dan Direktur Indriyanti R Sukmawati melakukan prosesi peluncuran Kontak Prodia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/9/2018)./JIBI-Rachman
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) Dewi Muliaty (keempat kanan) bersama General Manager Divisi Enterprise Service Segment Healthcare & Welfare Service Telkom Umar Dani (dari kanan), Direktur Marketing & Sales Infomedia Andang Ashari, Direktur Prodia Andri Hidayat, dan Direktur Indriyanti R Sukmawati melakukan prosesi peluncuran Kontak Prodia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, BENGKULU - PT Prodia Widyahusada Tbk. menargetkan pertumbuhan kinerja laba tahun depan mencapai 20%. Ini merupakan target tertinggi PRDA setelah mencatatkan sahamnya di pasar modal pada akhir 2016 lalu.

Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk. Dewi Muliaty mengatakan sebelum IPO emiten bersandi saham PRDA tersebut pernah mencatatkan pertumbuhan kinerja bottom line sebesar 20%. Setelah IPO, pertumbuhan PRDA memang selalu dua digit namun belum pernah mencapai 20%.

"Tahun depan proyeksi kami untuk bottom line bisa naik 20%. Tapi untuk top line masih belum bisa, kemungkinan masih kisaran belasan. Memang selama ini bottom line lebih tinggi dari top line," jelasnya di Bengkulu, akhir pekan lalu.

Sejumlah strategi telah disiapkan untuk menghadapi tahun depan. Diantaranya adalah dengan melakukan relokasi outlet, pendirian jaringan baru, serta melakukan investasi untuk pengembangan teknologi digital.

Tahun depan, perseroan telah mengalokasikan belanja modal atau capital expanditure (capex) senilai Rp300 miliar. Dana itu akan digunakan untuk ekspansi dan relokasi sebesar 67%, untuk pengembangan teknologi 19%, dan untuk kebutuhan modal kerja sebesar 14%.

Selain itu, PRDA juga akan menguatkan pendapatan dari rujukan laboratorium rumah sakit. Menurut Dewi, kontribusi rujukan ini menjadi paling tinggi. Pada akhir tahun ini, sektor ini diproyeksikan akan menyumbang 17% dari total pendapatan perseroan.

"Jaringan akan kami tambah sampai sekitar tujuh outlet tahun depan. Kemudian kami juga akan melakukan relokasi dari lahan yang sebelumnya sewa kami lakukan pembelian," imbuhnya.

Jaringan baru akan didirikan oleh perseroan di beberapa titik di Jakarta serta kawasan penyangga seperti Jatiwaringin, Bekasi dan Tangerang. Untuk Tangerang, PRDA tengah mengkaji pendirian jaringan di kawasan Modernland dan Karawaci.

Adapun relokasi akan dilakukan oleh PRDA di sejumlah daerah diantaranya Bali, Makasar, serta Jakarta Selatan. Relokasi dilakukan untuk memangkas pengeluaran dari biaya sewa lahan. Di sisi lain, perseroan yakin dengan ketiga kawasan itu sehingga berani berinvestasi dengan melakukan pembelian lahan.

Hingga saat ini, PRDA telah mengoperasikan layanan sebanyak 291 outlet termasuk 142 laboratorium klinik di 34 provinsi dan 122 kota. Dewi menambahkan, setidaknya hingga 2020 mendatang perseroan akan terus menambah jaringan outlet sebanyak lima hingga tujuh unit per tahun.

Kata dia, pada 2021 arah investasi perseroan akan berubah yakni fokus ke teknologi. "Karena memang eranya sekarang sudah digital. Kami memiliki rencana jangka menengah sehingga setelah 2020 sudah kami putuskan untuk memperbesar porsi investasi teknologi."

Pada kuartal III/2018, PRDA mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp1,12 triliun, tumbuh sebesar 7,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan aba perseroan tumbuh sebesar 7,7% menjadi Rp106,49 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp98,90 miliar.

Pertumbuhan pendapatan bersih berasal dari segmen pelanggan individu, referensi dokter, referensi pihak ketiga dan klien korporasi. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing 32,97% dan 31,38%, dan segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sekitar 20,65% dan 15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper