Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkerek Pelemahan Euro, Rupiah Ditutup Terdepresiasi

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar ditutup di zona merah dengan pelemahan 84 poin atau 0,58% ke level Rp14.581 per dolar AS.
Dolar AS./.Bloomberg
Dolar AS./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (14/12/2018), seiring dengan penguatan indeks dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar ditutup di zona merah dengan pelemahan 84 poin atau 0,58% ke level Rp14.581 per dolar AS.

Nilai tukar sebelumnya dibuka terdepresiasi 0,12% atau 18 poin di level Rp14.515 per dolar AS, setelah pada perdagangan Kamis (13/12) ditutup menguat 101 poin atau 0,69% ke level Rp14.497 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.513 – Rp14.593 per dolar AS.  

Rupiah melemah di saat mata uang lainnya di Asia juga terdepresiasi, dipimpin oleh peso Filipina yang melemah 0,81% dan won Korea Selatan yang turun 0,66%.

Hanya mata uang yen Jepang yang terpantau menguat 0,05% ke level 113,57 yen per dolar AS pada pukul 17.03 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,4%% atau 0,439 poin ke level 97,503 pada pukul 17.46 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka dengan kenaikan 0,04% atau 0,039 poin ke level 97,103, setelah pada perdagangan Kamis (13/12) ditutup rebound dengan penguatan 0,02 atau 0,02% poin di posisi 97,064.

Dilansir Bloomberg, dolar AS mendapat dorongan dari melemahnya euro setelah ekonomi zona euro menunjukkan lebih banyak tanda-tanda pelemahan, selain didorong oleh kekhawatiran pada perlambatan ekonomi China.

Dolar menemukan dukungan luas karena euro dan pound berada di bawah tekanan, yang terakhir karena kekhawatiran baru mengenai Brexit. Analis mengatakan katalis berikutnya untuk pergerakan lebih besar dalam dolar adalah pertemuan Federal Reserve pada 18-19 Desember mendatang.

"Ada banyak ketidaksepakatan di pasar selama laju kenaikan suku bunga Fed pada 2019 dengan pelaku pasar memperkirakan kenaikan antara satu hingga empat kali," kata Michael McCarthy, analis di CMC Markets.

Penjualan ritel China pada November dilaporkan tumbuh dengan laju terlemah sejak 2003. Sementara itu, output industri membukukan peningkatan terendah dalam hampir tiga tahun terakhir seiring dengan melesunya permintaan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper