Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Minyak AS Turun di Bawah Perkiraan, WTI Berbalik Melemah

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari ditutup melemah 1% atau -0,50 poin ke level US$51,15 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah sebelumnya naik mendekati US$ 53. Total volume yang diperdagangkan mencapai 23% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berbalik melemah pada akhir perdagangan Rabu (12/12/2018) karena penurunan cadangan minyak AS yang lebih kecil dari perkiraan membangkitkan kekhawatiran melimpahnya pasokan global.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari ditutup melemah 1% atau -0,50 poin ke level US$51,15 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah sebelumnya naik mendekati US$ 53. Total volume yang diperdagangkan mencapai 23% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Februari ditutup melemah 0,05 poin ke level US$60,15 per barel di bursa ICE Futures Europe London, setelah menyentuh level US$61,43. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebi tinggi US$8,79 per barel dibanding WTI untuk bulan yang sama.

Peringatan dari Iran tentang perselisihan di antara anggota OPEC menambah kekhawatiran bahwa kartel minyak utama tersebut tidak akan berhasil mewujudkan janji yang dibuat pekan lalu untuk mengurangi output.

Dilansir Bloomberg, Energy Information Administration (EIA) AS mengatakan bahwa persediaan minyak mentah telah jatuh 1,21 juta barel, jauh di bawah level 10,2 juta yang dikutip dalam sebuah laporan industri pada Selasa (11/12) yang telah meningkatkan harapan minyak mentah.

Meskipun rekor ekspor bensin AS membuat harga tetap lebih tinggi, aksi jual memperoleh momentum saat perdagangan hampir berakhir.

"Ini menimbulkan pertanyaan apakah pemotongan output OPEC akan cukup untuk mengurangi tekanan di pasar," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

"Saya pikir ketidakpastian mulai menjadi jelas," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper