Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Pangkas Produksi, Tolak Desakan AS

Arab Saudi, Rusia, dan seluruh anggota koalisi OPEC+ menyepakati pemangkasan produksi yang jumlahnya lebih besar dari ekspektasi.
Suasana sidang OPEC di Vienna, Austria/REUTERS-Heinz-Peter Bader
Suasana sidang OPEC di Vienna, Austria/REUTERS-Heinz-Peter Bader

Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi, Rusia, dan seluruh anggota koalisi OPEC+ menyepakati pemangkasan produksi yang jumlahnya lebih besar dari ekspektasi.

Hal itu membuat harga minyak mentah melambung dan mengabaikan keinginan Presiden AS Donald Trump untuk tidak melakukan penurunan produksi.

Setelah menggelar pertemuan selama dua hari di Wina, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak sepakat untuk menghapus produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari dari pasar minyak untuk sepanjang kuartal I/2019, lebih dari 1% produksi global, untuk mendongkrak harga.

Setelah keputusan tersebut dibuat, harga minyak Brent melambung 6% ke posisi US$63 per barel sebelum kembali ke kisaran US$61 per barel, dengan investor yang terpaksa mengubah penilaiannya terkait dengan jumlah pasokan minyak mentah tahun depan.

Keputusan tersebut akan memberikan dampak dari segala sisi dari harga saham produsen minyak serpih di Texas, yang melambung setelah rapat itu usai, hingga kenaikan tingkat inflasi di India, China, dan negara konsumen lainnya.

Adapun, implikasi politik yang terlibat juga besar. Kesepakatan tersebut menjadi bukti kekuatan hubungan antara Saudi dan Rusia yang telah berkooperasi selama dua tahun, negara-negara yang berperan penting dalam membuat pakta.

Hal itu juga menegaskan bahwa Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman bersedia menolak permintaan Trump bahkan setelah terjadi peristiwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul.

“Saya yakin produsen minyak dan gas di AS juga bisa bernapas lega setelah keputusan ini dibuat,” kata Khalid Al-Falih, Menteri Minyak Arab Saudi, dikutip dari Bloomberg, Minggu (9/12).

Al-Falih juga menegaskan bahwa Riyadh serius untuk tetap mengendalikan pasar. Karena Negeri Raja Minyak itu sempat sepakat memberikan tambahan produksi pada November lalu, Arab Saudi akan memangkas produksinya hingga 900.000 barel per hari pada Januari menjadi 10,2 juta barel per hari.

Jumlah tersebut dinilai sejumlah analis sangat dramatis karena pemangkasan produksi tersebut hampir sama dengan menyetop seluruh produksi di Libya hanya dalam delapan pekan.

“Hal itu akan sangat terasa di pasar minyak spot. Kemungkinan harganya bisa kembali melambung ke US$70 per barel,” ungkap aBjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB AB.

Seperti kesepakatan OPEC yang pernah dibuat sebelumnya, harus terjadi kompromi alot agar bisa mencapai suatu keputusan. Iran memaksa untuk bisa mendapat pengecualian untuk memangkas produksi karena tengah mendapat sanksi dari AS.

Akhirnya, Teheran mendapat persetujuan untuk tidak terlibat dalam pemangkasan produksi. Adapun, Venezuela dan Libya juga mendapat keringanan.

Sebelum pertemuan tersebut digelar, banyak pengamat OPEC yang memprediksikan akan ada pemangkasan maksimal sebesar 1 juta barel per hari, banyak juga yang mengira bahwa OPEC akan menunda kesepakatan tersebut karena takut melawan AS.

Al-Falih sendiri juga sempat memberikan peringatan pada pertemuan OPEC+ hari pertama bahwa dirinya tidak yakin akan bisa mencapai kesepakatan.

Untuk menijau kembali kesepakatan yang sudah dibuat pada akhir pekan lalu, OPEC telah menjadwalkan rapat selanjutnya pada April 2019, lebih awal dari biasanya.

Waktu tersebut bertepatan dengan ekspektasi pengetatan sanksi AS kepada Iran ketika ada kemungkinan keringanan pada sejumlah konsumen Asia akan diperpanjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper