Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tertekan Pesimisme Kesepakatan Produksi OPEC

Harga minyak mentah berakhir merosot pada perdagangan Kamis (6/12/2018), di tengah tanda-tanda bahwa OPEC, Rusia, dan sejumlah produsen minyak mentah lainnya tidak akan membatasi produksi yang cukup untuk menghapus kelebihan pasokan.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berakhir merosot pada perdagangan Kamis (6/12/2018), di tengah tanda-tanda bahwa OPEC, Rusia, dan sejumlah produsen minyak mentah lainnya tidak akan membatasi produksi yang cukup untuk menghapus kelebihan pasokan.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari merosot US$1,40 dan ditutup di level US$51,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 46% di atas rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari ditutup melemah US$1,50 di level US$60,06 per barel di ICE Futures Europe exchange di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$8,36 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir dari Bloomberg, Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan di Wina mengenai pesimismenya bahwa OPEC dan sekutu-sekutunya akan mencapai kesepakatan ketika kartel minyak ini mengadakan pertemuan kembali dengan sekutu-sekutunya pada Jumat (7/12/2018).

Negara-negara OPEC dan non-OPEC saat ini sedang membahas usulan untuk pemangkasan produksi gabungan sebesar 1 juta barel per hari.

“Masih ada ketidakpastian dengan apa yang akan dilakukan OPEC,” kata Brian Kessens dari Tortoise di Leawood, Kansas. “Saat ini, pasar dalam kondisi mengasumsikan yang terburuk.”

Pelaku pasar sedang menantikan tanda-tanda pengumuman kesepakatan resmi saat para produsen bersidang di ibu kota Austria tersebut. Menurut seorang delegasi, OPEC akan kembali mengadakan pertemuan hari ini pukul 9 pagi waktu Wina dan kemudian akan bertemu dengan negara-negara non-OPEC, termasuk Rusia, pada siang hari.

Kepada awak media, Menteri Perminyakan Oman Mohammed Al Rumhy mengatakan bahwa Arab Saudi dan Rusia “bisa kehilangan banyak” jika tidak tercapai kesepakatan. 

“Pasar benar-benar berharap untuk mendengar sesuatu yang mendekati 1,3 juta barel per hari sementara kita belum mendengar pengumuman resmi,” kata Ashley Petersen, seorang analis minyak di Stratas Advisors LLC di New York.

Di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina pekan ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (5/12) mencuit bahwa dunia "tidak ingin melihat, atau membutuhkan, harga minyak yang lebih tinggi.”

Arab Saudi mungkin akan tidak dapat menentang permintaan Trump untuk harga yang lebih rendah, setelah kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi menyulut kritik dari anggota parlemen Amerika dan membuat Trump sebagai salah satu dari sedikit pendukung Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Washington.

Turut menekan sentimen harga, jumlah stok minyak mentah AS mencatat penurunan pertama sejak pertengahan September, sebesar 7,32 juta barel pada pekan lalu seiring dengan melonjaknya ekspor, menurut data Energy Information Administration (EIA) pada Kamis (6/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper