Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terus Tertekan Hingga Akhir Perdagangan Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,47% atau 28,89 poin ke level 6.123,97 pada akhir sesi I, setelah dibuka di zona merah hijau dengan pelemahan 0,9% atau 55,22 poin ke level 6.097,64.
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (5/12/2018), sejalan dengan pelemahan bursa di Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,47% atau 28,89 poin ke level 6.123,97 pada akhir sesi I, setelah dibuka di zona merah hijau dengan pelemahan 0,9% atau 55,22 poin ke level 6.097,64.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.064,83 – 6.132,08. Adapun pada perdagangan Selasa (4/12), IHSG ditutup menguat 0,56% atau 34,54 poin ke level 6.152,86.

Sebanyak 145 saham menguat, 238 saham melemah, dan 235 saham stagnan dari 618 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing melemah 2,05% dan 1,35% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG pada akhir sesi I.

Tujuh dari sembilan indeks sektoral IHSG melemah pada perdagangan siang ini, didorong sektor aneka industri yang melemah 1,63% dan sektor finansial yang melemah 0,87%.

Di sisi lain, sektor pertanian dan industri dasar yang masing-masing menguat 0,13% dan 0,82% menahan pelemahan IHSG lebih lanjut.

IHSG melemah mengikuti gerak bursa Asia yang terseret oleh anjloknya bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) saat penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi AS bertenor jangka panjang dan isu perdagangan menyulut kekhawatiran investor tentang pertumbuhan ekonomi global.

Di Asia Tenggara, indeks FTSE Straits Times Singapura melemah 1,06%, indeks indeks FTSE Malay KLCI turun 0,55%, indeks SE Thailand melemah 02%, sedangkan indeks PSEi Filipina melemah 1,26%.

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,74% dan 0,73%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,75%. Adapun indeks Hang Seng dan Shanghai Composite melemah masing-masing 1,75% dan 0,66%.

Dilansir Reuters, pasar saham global kembali bergejolak saat kurva imbal hasil obligasi AS yang flat memicu kegelisahan akan resesi dan kekhawatiran atas konflik perdagangan AS-China muncul kembali.

Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing anjlok sekitar 3,1% dan 3,8% pada akhir perdagangan Selasa (4/12). Saham keuangan, yang sangat sensitif terhadap perubahan pasar obligasi, pun turun 4,4%.

Sinyal dari Federal Reserve AS pekan lalu mengenai kemungkinan mendekati akhir siklus kenaikan suku bunganya telah mendorong imbal hasil AS bertenor 10 tahun ke posisi terendahnya dalam tiga bulan di bawah 3%.

“Perekonomian AS kemungkinan akan mampu menahan satu atau dua kenaikan suku bunga lebih lanjut, karenanya kurva yang flat terlihat sedikit berlebihan. Meski demikian, memang benar bahwa prospek ekonomi lebih suram daripada sebelumnya,” kata Masahiro Ichikawa, pakar strategi senior di Sumitomo Mitsui Asset Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper