Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS–China Mereda, Kedelai Pimpin Kenaikan Harga Komoditas

Kedelai memimpin kenaikan harga komoditas pertanian di pasar Amerika Serikat setelah Gedung Putih mengatakan bahwa China akan segera kembali membeli produk pertanian AS sebagai bagian dari gencatan senjata perang dagang antara kedua negara.
Petugas mengawasi bongkar muat kedelai impor dari Amerika, di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (10/10)./ANTARA-Budi Candra Setya
Petugas mengawasi bongkar muat kedelai impor dari Amerika, di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (10/10)./ANTARA-Budi Candra Setya

Bisnis.com, JAKARTA – Kedelai memimpin kenaikan harga komoditas pertanian di pasar Amerika Serikat setelah Gedung Putih mengatakan bahwa China akan segera kembali membeli produk pertanian AS sebagai bagian dari gencatan senjata perang dagang antara kedua negara.

Harga kedelai menembus US$0,9 per bushel dan menyentuh level tertinggi sejak 19 Juni, dibarengi dengan kenaikan harga kagung dan gandum. Sementara itu, harga di China justru anjlok ke level terendah sejak 22 Juni lalu.

Analis bidang riset di Shanghai JC Intelligence Co. Monica Tu mengatakan bahwa lonjakan harga kedelai di bursa Chicago dan kemerosotan harga di bursa Dalian karena gencatan senjata dalam perang dagang antara AS dan China yang menyebutkan bahwa China akan segera kembali membeli pasokan dari AS.

“Pasar sudah mengawasi dengan ketat hasil dari negosiasi antara kedua negara itu dan apakah akan ada pembelian dalam jumlah besar dari China selanjutnya dalam beberapa pekan ke depan,” ungkapnya, dilansir dari Bloomberg, Senin (3/12/2018).

Minat pada komoditas berisiko kembali membaik di seluruh pasar pada Senin (3/12) karena Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk saling menghentikan aksi berbalas tarif dan memperpanjang perang dagang.

Keputusan tersebut menjadi pembalik kondisi perang dagang yang cukup signifikan antara AS dan konsumen utama produk pertaniannya, China.

“China akan menyepakati pembelian walaupun belum, tapi jumlahnya cukup besar dari bidang pertanian, energi, industri, dan produk lain dari AS untuk mengurangi ketidakseimbangan dagang antara kedua negara,” papar Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders.

Keberlanjutan kenaikan harga nantinya akan bergantung pada seberapa cepat pengiriman kedelai dan produk lainnya ke China yang akan membuat harga semakin tinggi, Fakta bahwa China tidak memberikan pendapat apapun setelah pertemuan tersebut juga masih membebani petani AS.

Dengan aksi saling balas tarif antara AS dan China sepanjang tahun ini dan China melakukan pembalasan tarif kepada AS untuk komoditas kedelai, daging babi, dan sejumlah produk pertanian, harga kedelai ambyar sebagai hasilnya dan membuat alur perdagangan global harus kembali diatur ulang.

Pada awal perdagangan Senin (3/12) harga kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) mengalami lonjakan hingga 16 poin atau 1,79% menjadi US$0,91 per bushel. Adapun, harga jagung mengalami kenaikan 4,50 poin atau 1,19% menjadi US$0,38 per bushel. Sedangkan harga gandum naik 6,50 poin atau 1,26% menjadi US$0,52 per bushel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper