Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar AS Melemah, Rupiah Kembali Pimpin Penguatan di Asia

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir menguat 69 poin atau 0,47% di level Rp14.475 per dolar AS, setelah sepanjang perdagangan hari bergerak di kisaran Rp14.458-Rp14.558 per dolar AS.
Pelanggan keluar dari gerai penukaran uang asing di Jakarta./JIBI-Dwi Prasetya
Pelanggan keluar dari gerai penukaran uang asing di Jakarta./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terus melaju positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan awal pekan hari ini, Senin (26/11/2018), sekaligus memimpin penguatan mata uang Asia lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir menguat 69 poin atau 0,47% di level Rp14.475 per dolar AS, setelah sepanjang perdagangan hari bergerak di kisaran Rp14.458-Rp14.558 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah sebelumnya dibuka stagnan di level Rp14.544 per dolar AS, setelah pada perdagangan Jumat (23/11) berakhir menguat 0,25% atau 36 poin.

Mengekor penguatan rupiah hari ini di Asia, baht Thailand menguat 0,23%, disusul peso Filipina yang menguat 0,21. Adapun yen Jepang melemah sebesar 0,26%.

Sementara itu, pergerakan indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,17% atau 0,164 poin ke level 96,752 pada pukul 17.14 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan tipis 0,014 poin atau 0,01% di level 96,930, setelah pada perdagangan Jumat (23/11) berakhir menanjak 0,21% atau 0,204 poin di posisi 96,916.

Dilansir Reuters, dolar AS melemah tertekan mata uang euro yang menguat setelah Uni Eropa dan Inggris menyetujui kesepakatan Brexit dan tanda-tanda bahwa Italia bersedia untuk mencapai kompromi atas rencana anggaranya.

Fokus investor berpaling dari perjanjian hari Minggu dengan para pemimpin Uni Eropa kepada pemungutan suara pada kesepakatan di parlemen Inggris bulan depan.

Sementara itu, kalisi pemerintahan Italia sedang membahas pengurangan target defisit anggaran tahun depan menjadi serendah 2% dari produk domestik bruto (PDB) untuk menghindari prosedur disiplin dari Brussels, ungkap sumber pemerintah pada Senin.

"Menurunnya risiko politik di Eropa dapat membantu semua mata uang Eropa hari ini," kata Valentin Marinov, kepala riset valas di Credit Agricole, seperti dikutip Reuters.

"Laporan media baru-baru ini bahwa pemerintah kerakyatan di Italia mungkin bersedia berkompromi pada anggaran adalah salah satu perkembangan yang berpotensi positif," lanjutnya.

Marinov menambahkan, bagaimanapun sebagian besar mata uang utama kemungkinan akan tetap dalam pola bertahan menjelang agenda pekan ini, yang termasuk pidato oleh Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell dan pertemuan G20.

Pada pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping diharapkan untuk membahas masalah perdagangan yang kontroversial yang akan berdampak pada mata uang seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru yang memiliki ikatan perdagangan dekat dengan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper