Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Lalu, Harga Saham-Saham Properti Melesat

Saham emiten-emiten properti mengalami lonjakan yang cukup signifikan sepanjang pekan lalu, dipimpin oleh emiten-emiten properti big cap.
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman

Bisnis.com, JAKARTA—Saham emiten-emiten properti mengalami lonjakan yang cukup signifikan sepanjang pekan lalu, dipimpin oleh emiten-emiten properti big cap.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan lalu saham sejumlah emiten properti naik signifikan. Salah satu sentimen yang dianggap berpengaruh yakni ucapan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa pemerintah akan melonggarkan pajak penjualan atas barang mewah atau PPnBM properti dari Rp20 miliar menjadi Rp30 miliar.

Lonjakan harga tertinggi terjadi pada saham PT Summarecon Agung Tbk. yakni mencapai 16,67% dan disusul PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) 14,84%.

Sementara itu, PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) mengalami peningkatan harga saham antara 11% - 12%. .

Secara umum, peningkatan harga saham emiten-emiten properti sudah terjadi sepanjang sebulan terakhir. Sepanjang tahun ini, harga saham emiten-emiten properti memang sudah turun tajam, sehingga menjadi sangat terdiskon.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, mengatakan bahwa faktor PPnBM pengaruhnya relatif kecil, mengingat sudah jarang ada properti yang dijual dengan harga sangat tinggi oleh emiten. Sentimen ini juga relatif baru, sehingga tidak bisa menjelaskan peningkatan harga sebulan terakhir.

Menurutnya, faktor kenaikan penyaluran kredit perbankan yang per September 2018 tumbuh 12,6% yoy punya pengaruh lebih besar, sebab pasar melihatnya sebagai adanya pertanda peningkatan permintaan properti melalui KPR/KPA juga.

Di sisi lain, dalam sepekan terakhir per Rabu (21/11), penempatan dana perbankan pada Surat Berharga Negara (SBN) berkurang Rp18,7 triliun. Ini mengindikasikan peralihan dana bank dari penempatan sementara di surat berharga menuju penyaluran kredit.

“Jadi, investor melihat, sepanjang tahun ini ada kenaikan tingkat suku bunga yang tinggi, tetapi ternyata permintaan kredit juga tumbuh tinggi. Pasar mulai confidence terhadap pertumbuhan kredit, sedangkan 75% pembiayaan properti masih didukung oleh bank,” katanya, dikutip Minggu (25/11/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper