Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Pertimbangkan Jeda Siklus Pengetatan, Bursa Jepang Rebound

Bursa saham Jepang berhasil rebound pada perdagangan hari ini, Kamis (22/11/2018), didorong minat terhadap aset berisiko menyusul laporan bahwa Federal Reserve Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan jeda dalam siklus pengetatan moneter.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang berhasil rebound pada perdagangan hari ini, Kamis (22/11/2018), didorong minat terhadap aset berisiko menyusul laporan bahwa Federal Reserve Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan jeda dalam siklus pengetatan moneter.

Indeks Topix berakhir di zona hijau dengan penguatan 0,81% atau 13,07 poin di level 1.628,96, setelah tertekan di wilayah negatif selama dua hari berturut-turut sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, dari 2.106 saham pada indeks Topix, 1.448  saham di antaranya menguat, 577 saham melemah, dan 81 saham stagnan.

Saham Toyota Motor Corp. dan Nippon Telegraph & Telephone Corp. yang masing-masing naik 1,58% dan 1,84% menjadi pendorong utama atas rebound Topix pada akhir perdagangan hari ini.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup di zona hijau dengan penguatan 0,65% atau 139,01 poin di level 21.646,55, juga mematahkan koreksi yang dialami dua hari sebelumnya.

Sebanyak 139 saham menguat, 81 saham melemah, dan 5 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei. Saham FamilyMart UNY Holdings Co. Ltd. (+5,24%), KDDI Corp. (+1,80%), dan Shiseido Co. Ltd. (+3,67%) menjadi pendorong utama atas rebound Nikkei.

Sementara itu, nilai tukar yen terpantau berbalik menguat 0,04 poin atau 0,04% ke level 113,03 yen per dolar AS pada pukul 14.57 WIB, setelah berakhir terdepresiasi 0,27% atau 0,30 poin di posisi 113,07 pada Rabu (21/11).

The Fed dikabarkan mulai mempertimbangkan jeda untuk pengetatan moneter bertahap dan dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya pada musim semi, mengutip sejumlah pejabat senior di bank sentral AS tersebut.

The Fed dinilai akan berhati-hati untuk terus menaikkan suku bunga pada tahun depan. Prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global, berkurangnya manfaat stimulus fiskal di AS, dan volatilitas pasar keuangan akan menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan setelah menaikkan suku bunga pada bulan depan ke wilayah netral, atau mendekati netral.

Dilansir dari Bloomberg, spekulasi mengenai seberapa banyak The Fed akan mengerek suku bunga pada tahun depan pun menyurut, setelah The Fed memperdengarkan komentar bernada dovish dalam beberapa pekan terakhir. 

“The Fed telah menjadi sadar akan kemungkinan menghentikan kenaikan suku bunganya, dengan mempertimbangkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global bahkan ketika ekonomi AS terus berlanjut baik,” kata Hideyuki Ishiguro, pakar strategi senior di Daiwa Securities Co.

“Kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga akan berfungsi sebagai rem terhadap pertumbuhan ekonomi dan kekhawatiran seputar pelemahan mata uang pasar negara berkembang akan berkurang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper