Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual di Pasar Saham Tinggi, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak kembali memerah karena tertekan oleh aksi jual di pasar saham yang jumlahnya cukup besar sehingga menghapus dorongan pada harga minyak mentah pada hari sebelumnya meskipun OPEC diperkirakan kembali melakukan pemangkasan produksi.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali memerah karena tertekan oleh aksi jual di pasar saham yang jumlahnya cukup besar sehingga menghapus dorongan pada harga minyak mentah pada hari sebelumnya meskipun OPEC diperkirakan kembali melakukan pemangkasan produksi.

Pada perdagangan Selasa (20/11) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 0,27 poin atau 0,47% menjadi US$56,93 per barel dan tercatat turun 6,06% secara year-to-date (ytd).

Sedangkan, harga minyak Brent mengalami penurunan 0,39 poin atau 0,58% menjadi US$66,40 per barel dan membukukan penurunan tipis sepanjang tahun ini hanya 0,70%.

Harga minyak saat ini sudah jauh dari puncaknya pada awal Oktober lalu, tertekan oleh lonjakan jumlah pasokan, terutama dari Amerika Serikat, bersamaan dengan perlambatan pada perdagangan minyak mentah secara global.

Anggota pialang bahan bakar di StarFuel Dubai Matt Stanley menuturkan bahwa penyebab rendahnya harga minyak saat ini tetap sama, terlalu banyak pasokan bersamaan dengan permintaan yang tidak memadai.

Produksi minyak mentah AS sudah melebar mencapai lebihdari 25% sepanjang tahun ini, ke level rekor sebanyak 11,7 juta barel per hari. Jumlah tersebut hadir bersama dengan ekspektasi pasar secara luas akan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Kekhawatiran akan produksi yang terus bertambah, serupa dengan faktor yang menekan harga minyak pada 2014, membuat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kembali mempertimbangkan untuk melakukan pemangkasan pasokan dengan kisaran anatara 1 juta – 1,4 juta barel minyak per hari.

“Kami memprediksikan OPEC akan menyetujui kesepakatan pemangkasan pasokan pada pertemuan resminya 6 Desember mendatang,” kata Harry Tchilinguirian, analis di bank BNP Paribas, dikutip dari Reuters, Selasa (20/11/2018).

Dalam laporan bank tersebut juga menyebutkan bahwa setidaknya harga minyak Brent bisa kembali menyentuh US$80 per barel sebelum akhir tahun ini.

“Pada 2019, kami mengekspektasikan WTI akan bergerak di rata-rata US$69 per barel dan Brent di US$76 per barel,” lanjut Tchilinguirian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper