Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen AS-China Kembali Mencuat, Bursa Asia Hati-hati

Bursa saham Asia cenderung bergerak hati-hati pada perdagangan pagi ini, Senin (19/1/2018), di tengah perhatian pasar soal perselisihan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia cenderung bergerak hati-hati pada perdagangan pagi ini, Senin (19/1/2018), di tengah perhatian pasar soal perselisihan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Indeks MSCI Asia Pasifik selain Jepang naik tipis 0,1%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,5%. Adapun indeks Nikkei Jepang naik 0,4%, tetapi S&P 500 futures tergelincir 0,3%.

Bursa Wall Street AS mampu menguat pada perdagangan Jumat (16/11) setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan mungkin tidak akan memberlakukan tarif lebih lanjut terhadap barang-barang China setelah pemerintah Tiongkok mengirimkan daftar langkah-langkah yang bersedia untuk diambil demi mengatasi ketegangan perdagangan.

Komentar Trump tersebut pun memicu ekspektasi tercapainya kesepakatan ketika Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan G-20 di Argentina bulan ini.

Kendati demikian, ketegangan China-AS kembali mencuat dalam KTT APEC di Papua Nugini selama akhir pekan, di mana para pemimpin gagal menyepakati deklarasi akhir untuk pertama kalinya sejak pertemuan tahunan ini digelar pada 1993.

Dalam sebuah pidato, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan tidak akan ada akhir bagi pengenaan tarif AS terhadap barang-barang China senilai US$250 miliar sampai Negeri Panda mengubah cara kerjanya.

“Komentar dari Trump dilihat menawarkan secercah harapan bahwa tarif lebih lanjut dapat ditahan,” kata kepala strategi FX NAB, Ray Attrill, seperti dikutip Reuters.

“[Namun] Pertukaran pernyataan sengit antara Pence dan Presiden China Xi Jinping di Papua Nugini pada akhir pekan terus menunjukkan bahwa ini kecil kemungkinan terjadi.”

Sentimen lain yang memengaruhi pergerakan bursa Asia pagi ini yakni ketidakpastian atas prospek suku bunga AS.

Para pembuat kebijakan Federal Reserve memang masih mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Tapi The Fed juga terdengar lebih prihatin tentang potensi perlambatan global, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa siklus pengetatan mungkin tidak akan berjalan lebih jauh.

“Pejabat The Fed memiliki saat lebih mudah untuk menunjukkan sikap yang kurang hawkish dengan munculnya perlambatan global,” kata ahli strategi makro Deutsche Bank, Alan Ruskin.

"Ini menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga bergerak di atas 'netral'. Pergeseran kesan ini terlihat halus, tetapi cocok dengan nada pasar obligasi yang lebih bullish akhir-akhir ini, dan mulai memiliki dampak material pada dolar.”

Prediksi peluang kenaikan suku bunga pada Desember saat ini berada di 75%, turun dari lebih dari 90%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper