Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Rupiah Dorong IHSG Menguat 1,66%

Di tengah keputusan Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan naik 25 basis poin ke level 6%, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi tenaga yang mendorong penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah keputusan Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan naik 25 basis poin ke level 6%, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi tenaga yang mendorong penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Head of Institutional Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, biasanya indeks merespons kenaikan suku bunga dengan negatif. Namun, kali ini yang terjadi sebaliknya.

"Pengaruh positif tersebut juga disebabkan oleh pergerakan rupiah yang kembali menguat," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (15/11/2018).

Menurutnya, pada akhir tahun ini IHSG lebih kuat menahan tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu penyebabnya adalah mulai masuknya dana asing ke pasar modal.

Dia menilai, probabilitas IHSG untuk kembali melanjutkan peningkatan masih terbuka hingga penutupan tahun. "Seharusnya potensi koreksi adalah minor correction dimana MNCS tetap memproyeksikan IHSG berpotensi ke level 6.215 pada 2018," ujarnya.

Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai, saat ini stabilitas rupiah merupakan fokus utama pemerintah dan bank sentral. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuan.

Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah, terutama dengan mengerem impor.

"Pemerintah dan BI lebih proaktif menjaga rupiah, merupakan hal yang positif dan membantu mendukung sentimen pasar dan menjaga stabilitas," kata dia.

Menurutnya, pasar saham Indonesia masih menawarkan potensi yang atraktif. Faktor pendukungnya adalah penyesuaian ekspektasi investor terhadap pasar saham membuat valuasi turun ke level yang atraktif. Level PE rasio pasar saham Indonesia saat ini di bawah rata-rata 5 tahun.

"Selain itu kepemilikan investor asing di pasar saham domestik sudah rendah karena banyaknya outflow yang terjadi sejak 2017. Kondisi ini menjadikan risiko outflow lanjutan lebih terbatas," ujarnya.

Pada akhir perdagangan Kamis (15/11/2018), IHSG menguat 97,44 poin atau 1,66% ke level 5.955,73. Investor asing tercatat membukukan beli bersih (net buy) Rp1,37 triliun sepanjang perdagangan hari ini.

Di pasar spot, nilai tukar rupiah berakhir menguat 122 poin atau 0,83% di level Rp14.665 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper