Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kembali Melemah Tertekan Nada "Hawkish" The Fed

Rupiah ditutup melemah ke kisaran Rp14.600 per dolar AS setelah pernyataan Federal Reserve AS yang hawkish membuat dolar AS kembali menguat.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah ditutup melemah ke kisaran Rp14.600 per dolar AS setelah pernyataan Federal Reserve AS yang hawkish membuat dolar AS kembali menguat.
 
Pada perdagangan Jumat (9/11/2018), mata uang Garuda terkoreksi 134 poin atau 0,92% menjadi Rp14.672 per dolar AS. Sejak awal 2018, rupiah telah membukukan pelemahan sebesar 7,37%.
 
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan pelemahan rupiah saat ini masih didominasi hasil rapat The Fed yang menyebutkan bahwa bank sentral AS masih tetap akan menaikkan suku bunganya pada akhir 2018. Hal itu menyebabkan indeks dolar AS menguat.
 
"Selain itu, pelaku pasar banyak yang melepas rupiah dan memasang sikap wait and see terhadap pergerakan dolar AS dan menambah permintaan terhadap dolar AS sehingga rupiah melemah," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (9/11).
 
Dari data domestik pekan ini, tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia yang diprediksi lebih rendah dari perkiraan juga membuat rupiah kian tertekan.
 
"Data domestik untuk saat ini belum ada yang bisa mendorong penguatan rupiah. Kalau dolar AS menguat, rupiah akan tertekan lagi," lanjut Ahmad.
 
Dia memproyeksi rupiah bergerak pada kisaran Rp14.450-Rp14.850 per dolar AS.
 
Hal serupa disampaikan analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Deddy Yusuf Siregar. Dia menyebutkan bahwa pergerakan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS terpantau masih mengalami koreksi yang bersifat teknikal. 
 
"Koreksi ini terjadi pasca reli penguatan yang terjadi pada rupiah sejak Jumat pekan lalu. Selain bersifat teknikal, koreksi rupiah ini juga dipicu oleh resminya hasil pemilu sela AS, di mana Partai Demokrat menguasai DPR dan Partai Republik masih menguasai Senat," terang Deddy dalam riset harian, Jumat (9/11).
 
Seiring dengan hal itu, sentimen hawkish dari pidato Jerome Powell pasca rapat The Fed juga ikut menopang penguatan greenback.
 
Dari domestik, data neraca berjalan yang mengukur arus keluar masuk mata uang di pasar dalam negeri menjadi fokus utama pelaku pasar domestik, hari ini. 
 
"Penantian ini tampaknya membuat pelaku pasar memilih bersikap hati-hati terhadap rupiah dan pasar keuangan domestik," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper