Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Segera Tambah Investasi, Tahun Politik Kinerja IHSG Bakal Ciamik

Tahun politik ternyata dinilai tidak akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar saham maupun indeks harga saham gabungan (IHSG).
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Secara historis, tahun politik ternyata tidak akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar saham maupun indeks harga saham gabungan (IHSG). Sebaliknya, IHSG selalu menguat di tahún pemilu maupun ketika pemilihan presiden (Pilpres).

“Di tahun pemilu secara historis IHSG selalu bergerak optimis menguat. Pada pemilu 2004 IHSG mengalami penguatan 32,85%, pemilu 2009 mengalami kenaikan 90,17%, dan pemilu 2014 mengalami apresiasi 18,29%,” ujar Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) Lanjar Nafi, Kamis (8/11/2018).

RELI optimistis bahwa di tahun depan, tahun pemilu, IHSG akan kembali mencatatkan keuntungan yang akan lebih besar dari tahun 2014.

Lanjar menjelaskan, dari sisi pergerakan indeks sektoral pada saat pemilu, sektor mix industry, memimpin dengan rata-rata penguatan pada tiga periode pemilu terkahir dengan total return rata-rata mencapai 80% disusul sektor pertambangan 64,83%, keuangan 58,65% dan pertanian 55,77%.

“Empat sektor itu selalu menjadi unggulan di tahun pemilu,” ujarnya.

Di sisi lain, berdasarkan parameter makro ekonomi yang diprediksi hingga 2023, target IHSG pada 2019 ada di level 7.132. Prediksi itu dengan memperhatikan perhitungan dan pergerakan dari sisi pertumbuhan GDP, impor, eskpor, pinjaman, serta posisi rupiah terhadap US$ hingga bunga acuan bank sentral.

Sementara itu, menurut catatan BEI, pendapatan emiten-emiten di BEInaik 10% atau Rp185 triliun dari Rp1.876 triliun pada kuartal III/2017 menjadi Rp2.061 triliun pada kuartal III/2018.

Laba bersih emiten tercatat naik 12% atau Rp26 triliun dari Rp218 triliun pada kuartal III/2017 menjadi sebesar Rp244 triliun pada kuartal III/2018.

Dari data itu, Lanjar menilai, akan menjadi salah satu sentimen positif bagi IHSG. Pasalnya, optimisme investor pada kinerja saham-saham Indonesia yang membaik di tengah tekanan setimen global. Kenaikan kinerja emiten itu dikarenakan efisiensi serta fundamental perusahaan yang juga semakin baik.

Namun, ia memberi catatan, sentimen itu hanya sementara saja bagi IHSG karena hal ini biasanya terjadi setelah adanya earning season. Selanjutnya, perilaku investor dan juga sentimen akan lebih berpengaruh bagi IHSG. Perilaku lebih ke kepercayaan investor pada rencana ekspansi emiten di tahun depan dan adanya window dressing.

Beberapa sektor dengan kenaikan laba juga patut diperhatikan seperti emiten-emiten di sektor industri dasar dan properti serta konstruksi. Untuk saham industri dasar, emiten-emiten yang terkait dengan peternakan terkait dengan kebijakan menyoal pakan ternak dan juga kebijakan harga unggas, bisa dicermati.

Sementara itu, untuk sektor properti dan konstruksi, ia menyarankan investor mulai mempertimbangkan untuk membeli setelah pemilihan umum 2019 karena pemerintah yang sepakat menunda beberapa proyek guna mengurangi impor bahan baku konstruksi demi menjaga rupiah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper