Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat ke 14.804, Ini Faktor Pendongkraknya!

Nilai tukar rupiah melonjak sekaligus menunjukkan keperkasaannya di antara mata uang lain di Asia pada perdagangan hari ini, Selasa (6/11/2018), justru saat dolar Amerika Serikat (AS) bergerak positif.
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melonjak sekaligus menunjukkan keperkasaannya di antara mata uang lain di Asia pada perdagangan hari ini, Selasa (6/11/2018), justru saat dolar Amerika Serikat (AS) bergerak positif.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot rebound dan berakhir menguat tajam 173 poin atau 1,16% di level Rp14.804 per dolar AS, level penutupan terkuat dalam lebih dari dua bulan.

Padahal, mata uang Garuda sempat kembali mendekati level psikologisnya di Rp15.000 per dolar AS setelah tergelincir dan ditutup terdepresiasi 22 poin atau 0,15% di level Rp14.977 per dolar AS pada Senin (5/11/2018).

Rupiah mulai rebound saat dibuka terapresiasi 29 poin atau 0,19% di level Rp14.948 pagi tadi bahkan sempat menguat hingga sekitar 1,3% dan menyentuh level Rp14.790. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.790–Rp14.948 per dolar AS.

Sejalan dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan reli hari keenam berturut-turut pada akhir perdagangan hari ini, ditopang aksi beli oleh investor asing yang terus mengalir deras.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi beli bersih atau net buy senilai sekitar Rp1,06 triliun pada perdagangan hari ini, yang merupakan aksi beli bersih hari kesembilan beruntun.

“Terdapat rangkaian aksi beli yang kuat di antara investor asing untuk obligasi dan saham Indonesia. Banyak yang tampaknya menyadari bahwa fundamental-fundamental domestik lebih tangguh dari yang diantisipasi, khususnya mengenai obligasi pemerintah,” jelas Satria Sambijantoro, seorang ekonom di PT Bahana Sekuritas.

“Rupiah juga mendapat dukungan ekspektasi peningkatan cadangan devisa pada Oktober sebelum rilis data tersebut pada Rabu,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.

Selain itu, instrumen lindung nilai baru, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), telah terlebih dahulu mendorong sentimen postif terhadap nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya menuturkan bahwa sejak diluncurkan pada 1 November 2018 lalu, perbankan dan korporasi sangat aktif melakukan transaksi di pasar valas dengan instrumen DNDF.

Penguatan rupiah juga diakuinya ditopang dengan mulai masuknya investasi asing di pasar uang Tanah Air. Merespons penguatan keyakinan pasar ini, dia menegaskan BI dan pemerintah akan terus bekerja sama mendorong kebijakan fiskal dan moneter serta langkah konkrit lainnya dalam rangka menurunkan defisit transaksi berjalan.

Menurut Rico Rizal Budidarmo, direktur keuangan di Bank Negara Indonesia, rupiah memiliki potensi untuk menguat lebih jauh, didorong oleh arus masuk ke pasar saham selama beberapa hari terakhir.

“Katalisnya adalah optimisme bahwa akan ada solusi untuk kebuntuan perdagangan antara AS dan China, rilis data PDB Indonesia untuk kuartal ke-3 yang melampaui ekspektasi, dan turunnya harga minyak global,” ujar Rico.

Penguatan tajam rupiah pun membawanya menjadi yang terkuat di antara mata uang Asia hari ini. Apresiasinya diikuti peso Filipina dan rupee India yang masing-masing menguat 0,57% dan 0,13%.

Sebaliknya, beberapa mata uang lain terpantau terdepresiasi tipis, di antaranya yuan offshore China dan baht Thailand masing-masing sebesar 0,07% dan 0,05% pada pukul 18.02 WIB.

Mayoritas mata uang di Asia cenderung diperdagangkan di kisaran yang sempit menantikan hasil pemilu paruh waktu di AS pada hari ini waktu setempat.

“Untuk pemilu paruh waktu, konsensus menunjukkan bahwa hanya kejutan dari salah satu pihak yang akan menimbulkan banyak reaksi terhadap valas,” ujar Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di Oanda.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menanjak 0,107 poin atau 0,11% ke level 96,386 pada pukul 17.52 WIB.

Indeks dolar sebelumnya dibuka di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,046 poin atau 0,05% di level 96,325 pagi tadi, setelah pada perdagangan Senin (5/11) berakhir turun 0,263 poin atau 0,27% di posisi 96,279.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper