Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Minyak Iran Diprediksi terus Merosot meski AS Kendurkan Sanksi

Para analis memperkirakan ekspor minyak mentah Iran akan terus merosot meskipun Amerika Serikat telah melunakkan sanksi terhadap produsen minyak terbesar ketiga di Timur Tengah itu.
Minyak West Texas Intermediate/Reuters
Minyak West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Para analis memperkirakan ekspor minyak mentah Iran akan terus merosot meskipun Amerika Serikat telah melunakkan sanksi terhadap produsen minyak terbesar ketiga di Timur Tengah itu.  

Bloomberg melaporkan, kendati tindakan AS memungkinkan perdagangan dengan sejumlah importir berlanjut, ekspor minyak Iran telanjur merosot. Pengapalan telah anjlok 37% sejak Presiden Donald Trump mengumumkan akan menerapkan kembali sanksi. Begitu hukuman itu dikeluarkan 5 November, gangguan pasokan secara keseluruhan bisa menjadi yang terbesar sejak Libya mencetuskan perang saudara awal dekade ini. 

"Ekspor minyak Iran jatuh dengan cepat, dan mungkin semakin banyak di minggu-minggu mendatang," kata Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol seperti dilansir Bloomberg, Sabtu (3/11/2018). 

AS akan memberikan pengecualian parsial, yang dikenal sebagai keringanan, kepada delapan negara dengan syarat setiap pembelian dari Iran berada di 'tingkat yang sangat berkurang', sebagaimana diumumkan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo sehari sebelumnya.

Namun, sesungguhnya pemerintahan Trump berusaha untuk menekan penjualan Iran ke arah 'nol', yang berpotensi meninggalkan celah yang akan berusaha diisi oleh produsen besar seperti Arab Saudi. 

Harga minyak berjangka minyak AS naik ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir mendekati US$ 77 per barel bulan lalu di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa pasokan akan berkurang karena sanksi menggigit lebih dalam. Harga berangsur turun, dibantu oleh keputusan AS memberi keringanan bagi India, Jepang, Korea Selatan, dan lainnya. Meskipun demikian, risiko signifikan tetap ada. 

Analis tidak mengharapkan penghentian total, tetapi konsensus yang berkembang memaknai sikap keras Trump menciptakan prospek ekspor minyak mentah akan terjun lebih dalam daripada putaran sanksi sebelumnya di bawah pemerintahan Barack Obama pada 2012. Saat itu, ekspor dipangkas separuhnya hingga 1 juta barel per hari (bph) menurut catatan IEA yang memberi saran kepada negara-negara industri tentang kebijakan energi. 

Kali ini, ekspor Iran telah dikurangi 1,1 juta bph --kombinasi minyak mentah dan ringan yang disebut kondensat yang terhindar dari pembatasan pada 2012-- menurut data yang dihimpun BloombergProduksi belum turun sebanyak output yang masuk ke penyimpanan. Sekitar 1,76 juta bph diekspor pada Oktober, lebih banyak dari yang dipompa dari Laut Utara.

 "Sebagian besar dampaknya belum terjadi," kata Mike Wittner, Kepala Riset Pasar Minyak di Societe Generale SA. 

“Berdasarkan harga, masih ada tekanan ke atas yang akan muncul --mungkin gelombang besar tekanan ke atas. Segalanya akan mengetat."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sutarno
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper