Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah ke Level Rp14.955, Sentimen Global & Domestik Turut Menopang Apresiasi

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir menguat 173 poin atau 1,14% di level Rp14.955 per dolar AS.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat tajam pada perdagangan hari ini, Jumat (2/11/2018), sekaligus meninggalkan level Rp15.000

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir menguat 173 poin atau 1,14% di level Rp14.955 per dolar AS.

Mata uang Garuda sebelumnya dibuka dengan penguatan 40 poin atau 0,26% di level Rp15.088 per dolar AS, setelah berakhir menguat 75 poin atau 0,49% di posisi 15.128 pada Kamis (1/11).

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.955-15.100 per dolar AS.

Rupiah mencatat kinerja terbaik kedua di antara mata uang emerging market di Asia, di belakang won Korea Selatan yang menguat 1,45%. Menyusul rupiah, rupee India menguat 1,04%.

Dilansir Bloomberg, won Korea Selatan memimpin penguatan di antara mata uang emerging market setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan optimisme atas rencana pembicaraan perdagangan akhir bulan ini dengan Presiden China Xi Jinping.

Trump mengatakan mengalami percakapan yang produktif dengan Xi Jinping tentang perdagangan dan Korea Utara sebelum pertemuan yang direncanakan akan berlangsung antara kedua pemimpin tersebut di sela-sela KTT G-20 bulan ini.

“Komentar-komentar positif dari Presiden Trump seputar tensi perdagangan China-AS mengangkat antusiasme pasar dalam jangka pendek,” kata Tai Hui, kepala strategi pasar untuk Asia di JPMorgan Asset Management di Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, menurut Kota Hirayama, ekonom senior emerging-market di SMBC Nikko Securities di Tokyo, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa mata uang Asia akan mengalami tren kenaikan ketika sentimen perang dagang dan kenaikan suku bunga AS masih membebani.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia melemah 0,19% atau 0,180 poin ke level 96,097 pada pukul 17.02 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan tipis 0,030 poin atau 0,03% di level 96,307, setelah pada perdagangan Kamis (1/11) berakhir melemah 0,88% atau 0,850 poin di posisi 96,277.

Sementara itu, instrumen lindung nilai baru, Domestic Non Deliverable Forward, terbukti ampuh mendorong sentimen postif terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah pada Jumat (2/11/2018), pukul 16.00 WIB, ditutup menguat pada level Rp14.955 atau menguat sebesar 1,14%. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan sejak diluncurkan pada 1 November 2018 lalu, perbankan dan korporasi sangat aktif melakukan transaksi di pasar valas dengan instrumen DNDF.

Dari aktifnya transaksi yang mendorong stabilitas likuiditas pasar uang, BI mencatat kurs DNDF pada hari ini juga menguat pada level Rp15.120 per dolar AS. Menurut Perry, penguatan di pasar DNDF ini diikuti oleh penguatan di kurs NDF offshore. 

"Pergerakan pasar sangat bagus, supply dan demand terus bergerak jadi ini penguatan rupiah itu adalah murni mekanisme pasar," tegas Perry. 

Dengan adanya instrumen baru ini, pengusaha dan investor dapat memenuhi kebutuhan valas melalui berbagai pilihan, seperti spot, swap dan DNDF. Hingga hari kedua ini, Perry menuturkan transaksi DNDF telah diikuti oleh 11 bank di Tanah Air. Bank tersebut a.l. Bank Mandiri, Bank Permata, BNI, BCA, NISP dan UoB.

Dalam kesempatan ini, Perry menambahkan penguatan rupiah juga ditopang dengan mulai masuknya investasi asing di pasar uang Tanah Air. BI mencatat Rp1,9 triliun aliran dana asing yang masuk ke pasar SBN pada minggu ini. 

Dengan demikian, total aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri sejak awal tahun hingga awal November ini mencapai Rp28,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper