Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WTI Melemah di Bawah Level US$67

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2018 terpantau melemah 0,55% atau 0,37 poin ke level US$66,67 per barel pada pukul 05.57 WIB di New York Mercantile Exchange.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -  Harga minyak mentah diperdagangkan di bawah level US$67 per barel pada perdagangan pagi ini, Selasa (30/10/2018).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2018 terpantau melemah 0,55% atau 0,37 poin ke level US$66,67 per barel pada pukul 05.57 WIB di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent kontrak Desember 2018 ditutup melemah 0,36% atau 0,28% ke level US$77,34 per barel di ICE Futures Exchange Eropa.

Dilansir Bloomberg, Rusia memperkirakan dapat mempertahankan tingkat output-nya di atas rekor pada era-Soviet atau meningkatkan produksi lebih lanjut, dan memperingatkan adanya potensi kekurangan pasokan.

Pernyataan tersebut hanya beberapa hari setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mengisyaratkan mereka dapat memangkas produksi pada 2019.

Minyak telah merosot sekitar 12% dari level tertinggi dalam empat tahun terakhir di awal bulan ini karena pelemahan di pasar ekuitas global menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi di tengah peningkatan persediaan minyak mentah AS.

Dengan sanksi baru dari AS terhadap Iran yang akan berlaku penuh pekan depan, para pelaku pasar mencari tanda-tanda apakah OPEC dan mitra-mitranya mampu (dan berkeinginan) untuk meningkatkan produksi guna mengisi kemungkinan adanya celah pasokan.

"Saya memperkirakan investor akan mengambil sikap wait and see minggu ini sebelum kembalinya sanksi terhadap Iran dan pemilihan paruh waktu di AS," kata Makiko Tsugata, analis senior di Mizuho Securities Co., seperti dikutip Bloomberg., Senin (29/10/2018).

Makiko mengatakan, meskipun ada potensi penurunan ekspor Iran, kelebihan pasokan masih akan terjadi jika Arab Saudi dan Rusia meningkatkan produksi dan produksi AS terus meningkat.

Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan di Istanbul, Turki, bahwa dia tidak melihat alasan untuk mengurangi produksi dan bahwa ada risiko defisit di pasar minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper