Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah Tipis di Tengah Tekanan pada Mata Uang Emerging Market

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah hanya 1 poin atau 0,01% di level Rp15.224 per dolar AS.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berakhir melemah tipis pada perdagangan hari ini, Selasa (30/10/2018), seiring tertekannya mata uang emerging market.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah hanya 1 poin atau 0,01% di level Rp15.224 per dolar AS.

Sebelumhya, rupiah dibuka melemah 7 poin atau 0,05% di level Rp15.230, setelah pada perdagangan Senin (29/10), rupiah ditutup melemah 6 poin atau 0,04% ke level Rp15.223 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di zona merah pada kisaran Rp15.223 – Rp15.241 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia cenderung bergerak variafif, dengan pelemahan dipimpin yen Jepang yang terdepresiasi 0,3%, disusul rupee India yang melemah 1,8%.

Di sisi lain, won Korea Selatan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,18%, disusul yuan offshore China yang menguat 0,07%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia menguat 0,2% atau 0,193 poin ke level 96,772 pada pukul 16.36 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,079 poin atau 0,08% di level 96,658, setelah pada perdagangan Senin (29/10) berakhir menguat 0,23% atau 0,220 poin di posisi 96,579.

Dilansir Bloomberg, rupiah melemah saat berlanjutnya kekhawatiran seputar perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membebani mata uang emerging market di Asia.

“Dengan suku bunga AS yang cenderung akan lebih tinggi dan tensi perdagangan yang masih meningkat, valuta asing di emerging market kemungkinan akan tetap tertekan pada kuartal IV dan sampai 2019,” ujar Win Thin, kelapa strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman & Co., dalam risetnya.

Pelaku pasar menjauhi aset berisiko dan beralih memburu greenback setelah Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang bersiap untuk mengumumkan tarif terhadap seluruh sisa impor China pada awal Desember.

Hal ini dilakukan jika diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang direncanakan berlangsung bulan depan gagal meredakan perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper