Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bergerak dalam Rentang Sempit, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.223

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah 6 poin atau 0,04% di level Rp15.223 per dolar AS.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (29/10/2018), setelah bergerak dalam kisaran sempit menyusul penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah 6 poin atau 0,04% di level Rp15.223 per dolar AS.

Padahal, rupiah sempat dibuka menguat 4 poin atau 0,03% di level Rp15.213, setelah pada perdagangan Jumat (26/10), rupiah ditutup merosot 29 poin atau 0,19% ke level Rp15.217 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di level Rp15.212 – Rp15.230 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia mayoritas juga melemah, dipimpin baht Thailand yang terdepresiasi 0,41% dan yuan China yang turun 0,24%. Sebaliknya, won Korea Selatan dan dolar Taiwan masing-masing menguat 0,06% dan 0,01%.

Rupiah dan mayoritas mata uang Asia lainnya melemah menyusul penguatan indeks dolar AS setelah rilis data pertumbuhan ekonomi AS dan saat sentimen risiko global tetap terlihat rentan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia menguat 0,05% atau 0,045 poin ke level 96,404 pada pukul 17.16 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,082 poin atau 0,09% di level 96,441, setelah pada perdagangan Jumat (26/10) berakhir melemah 0,33% atau 0,320 poin di posisi 96,359.

Dilansir Reuters, indeks dolar naik hingga mencapai level 96,860, level terbaiknya sejak 15 Agustus pada Jumat (26/10), setelah data menunjukkan ekonomi AS melambat lebih kecil dari yang diperkirakan pada kuartal III/2018 sebelum kemudian berbalik turun 0,3% lebih rendah pada hari itu.

Greenback menemukan dukungannya baru-baru ini dari aksi beli terhadap aset safe haven saat permintaan investor untuk aset berisiko menyusut akibat penurunan tajam di pasar ekuitas dunia seiring dengan kekhawatiran seputar kinerja keuangan korporasi, ketidakpastian geopolitik, dan pertumbuhan global.

“Perkembangan di pasar ekuitas AS adalah fokus utama di pasar valuta asing,” kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi mata uang di Mizuho Securities, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper