Jurnal Mandiri: Perkembangan Global dan Pilihan Investasi

Jadi, menurut kami investor selalu memiliki peluang di tengah tantangan volatilitas yang tengah berlangsung. Prinsip yang perlu dipegang adalah selalu tetapkan kerangka investasi kita untuk berapa lama dan konsisten untuk tidak menempatkan portofolio pada satu keranjang produk saja. Selamat berinvestasi!

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor keuangan dunia mendapatkan tantangan yang cukup besar tahun ini. Volatilitas meningkat bila dibandingkan dengan tahun lalu. Tercatat sampai dengan tanggal 28 September 2018 arus modal keluar investor asing mencapai Rp38 triliun dari pasar saham dan pasar obligasi Indonesia sehingga menyebabkan IHSG turun sebesar 6% ke 5.976,6 dan imbal hasil SBN bertenor 10 tahun naik 179,6 bps ke 8,12%.

Bagaimana prospek ekonomi dan pasar keuangan Indonesia serta bagaimana pilihan investasi yang sesuai dengan kondisi saat ini?

Sejak dua tahun lalu, Bank Sentral AS, The Fed, akan mengembalikan suku bunga acuan kepada posisi sebelum krisis keuangan Global pada tahun 2008, yang dimulai di AS, sebagai respons ekonomi dan inflasi yang meningkat di masa datang. Apa dampaknya bagi perekonomian di Emerging Market (EM)? Tentu saja yang paling mempengaruhi negara berkembang adalah appetite atau keinginan investor global untuk berinvestasi pada aset­aset portofolio di EM secara besar­besaran.

Saat ini, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% (YoY) pada 2Q18, meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2Q17 yang sebesar 5,01% (YoY). Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih bisa mencapai 5,2% tahun ini. Inflasi di Indonesia juga diperkirakan masih relatif rendah. Inflasi pada bulan September 2018 tercatat sebesar 2,88% (YoY).

Kondisi Indonesia yang relatif lebih baik dibandingkan negara lain tersebut menjadi tanda bahwa Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi menarik bagi investor asing. Contohnya adalah bahwa pemerintah menerbitkan Obligasi Negara kepada Investor Ritel seri ORI015 dengan kupon 8,25% yang sangat menarik di kondisi saat ini.

Produk­produk investasi lain juga masih ada yang menarik, jika kita berpandangan bahwa berinvestasi untuk jangka menengah dan panjang, maka membeli saham di saat sedang turun seperti saat ini sangat menarik. Hal yang sama juga bisa dilakukan di produk surat utang.

 Jikalau investor masih khawatir akan paparan resiko pasar yang besar, bisa memulai dengan membeli produk reksadana yang harga belinya saat ini sedang rendah dan bisa membeli yang terproteksi. Berinvestasi harus selalu disesuaikan dengan toleransi risiko. Jika toleransi risiko tinggi, maka dapat melakukan averaging atau memasuki pasar saham secara bertahap dengan memanfaatkan

momentum dan volatilitas yang ada.

Jika toleransi terhadap risiko sangatlah rendah, maka sangat bijak untuk mempertahankan dana tersebut di instrumen yang aman seperti tabungan atau reksa dana pasar uang. Produkproduk investasi di Bank Mandiri beragam, di antaranya reksa dana berdenominasi Rupiah dan Dolar AS  hingga obligasi pemerintah baik dalam mata uang Rupiah, Dolar AS hingga Euro.

Bank Mandiri bekerja sama dengan 9 manajer investasi yang menawarkan berbagai jenis asset class reksa dana yang dapat disesuaikan dengan toleransi risiko, dari yang konservatif seperti reksa dana pasar uang, moderat seperti reksa dana pendapatan tetap dan campuran, hingga agresif, yaitu reksa dana saham. Meski sentimen untuk instrumen obligasi sangat minim, selain produk ORI015, produk obligasi pemerintah seperti FR dapat dimanfaatkan dari segi momentum. Volatilitas dari pergerakan harga yang tinggi berpotensi

memberikan imbal hasil yang optimal. Jika toleransi terhadap risiko tidak tinggi, obligasi bertenor pendek dapat menjadi pertimbangan karena eksposur terhadap risiko pergerakan suku bunga lebih kecil dibandingkan dengan obligasi dengan tenor yang lebih panjang. Selain dinilai dari toleransi risiko, diversifikasi kelas aset merupakan hal yang penting dalam berinvestasi. Mengalokasikan sekitar 10% dari total portofolio investasi pada reksa dana saham untuk nasabah yang konservatif dapat mengoptimalkan imbal hasil di kemudian hari saat pasar saham kembali menguat.

Jika nasabah menikmati pendapatan dari kupon yang dibagikan secara berkala, maka alokasi pada obligasi dapat

didiversifikasikan dengan obligasi yang bertenor panjang sehingga mendapatkan volatilitas harga jika di kemudian hari terdapat sentimen pelonggaran moneter.

Sehingga, nasabah dapat menikmati keuntungan dari harga jika sentimen tersebut terjadi. Jika belum terjadi, maka nasabah tetap mendapatkan kupon yang dibagikan secara berkala.

Jadi, menurut kami investor selalu memiliki peluang di tengah tantangan volatilitas yang tengah berlangsung. Prinsip yang perlu dipegang adalah selalu tetapkan kerangka investasi kita untuk berapa lama dan konsisten untuk tidak menempatkan portofolio pada satu keranjang produk saja. Selamat berinvestasi!

*) Artikel ditulis Hery Gunardi, Managing Director PT Bank Mandiri dan dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (29/10/2018)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : MediaDigital
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper