Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Melorot, Harga Minyak Ikut Tertekan

Harga minyak anjlok hampir 1% karena tertekan oleh kenaikan tajam aksi jual  di pasar saham global. Saham Amerika Serikat mencatatkan penurunan terbesar sejak 2011 dan nyaris menghapus seluruh kenaikan sepanjang tahun ini.
Harga Minyak WTI./Reuters
Harga Minyak WTI./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak anjlok hampir 1% karena tertekan oleh kenaikan tajam aksi jual  di pasar saham global. Saham Amerika Serikat mencatatkan penurunan terbesar sejak 2011 dan nyaris menghapus seluruh kenaikan sepanjang tahun ini.

Pada perdagangan Kamis (25/10), harga minyak Brent tercatat turun 0,56 poin atau 0,74% menjadi US$75,61 per barel. Pada sesi yang sama, harga sempat menyentuh US75,61 per barel atau 1% turun dari perdagangan hari sebelumnya.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun 47 poin atau 0,70% menjadi US$66,35 per barel dari penutupan sesi perdagangan sebelumnya.

Analis pialang berjangka ForexTime (FXTM) Lukman Otunuga mengatakan bahwa harga minyak kali ini turun karena tertekan oleh aksi jual yang ekstrem.

"Aksi jual di pasar saham memunculkan kekhawatiran akan mengganggu permintaan minyak," kata Lukman, dikutip dari Reuters, Kamis (25/10/2018).

Pada sebulan belakangan, pasar sedang mendapatkan pukulan keras dari sejumlah faktor seperti perang dagang antara AS dan China, pelemahan pada mata uang negara emerging market, kenaikan biaya pinjaman dan imbal hasil obligasi, serta kekhawatiran pada perekonomian Italia.

Dengan hal itu, harga minyak WTI anjlok hampir 10% sepanjang bulan ini. Sementara itu, Brent tergelincir mendekati 9%.

Namun, pasar minyak masih berhati-hati terhadap sanksi dari AS yang bakal memengaruhi ekspor minyak Iran yang akan efektif berlaku pada 4 November mendatang.

Selain itu, tekanan lain hadir dari perusahaan minyak terbesar China Sinopec dan China National Petroleum Corp (CNPC) yang tak lagi membeli minyak dari Iran untuk November karena khawatir dengan mengingkari sanksi AS akan berdampak buruk bagi operasional globalnya.

China merupakan konsumen terbesar minyak Iran. Penghentian impor minyak dari Iran membuat pengolah minyak di Negeri Panda harus mencari sumber alternatif dari negara lain.

Adapun, terdapat faktor lain seperti dari AS yang cadangan minyak yang naik ke level cukup tinggi.

Data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan cadangan minyak mentah komersial AS naik selama 5 pekan berturut-turut pada pekan lalu, naik 6,3 juta barel menjadi 433,79 juta barel.

Produksinya masih tetap berjumlah 10,8 juta barel per hari, masih sedikit di bawah rekornya pada 11,2 juta barel per hari pada awal Oktober.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper