Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pool Advista Finance Tawarkan Harga IPO Rp125 hingga Rp150 per Saham

Calon emiten dari sektor pembiayaan PT Pool Advista Finance Tbk. menetapkan harga penawaran saham baru perseroan yang akan dilepas dalam rangka penawaran umum perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) antara Rp125 hingga Rp150 per saham.
Jajaran Direksi PT Pool Advista Finance Tbk. /Bisnis/Emanuel B. Caesario
Jajaran Direksi PT Pool Advista Finance Tbk. /Bisnis/Emanuel B. Caesario

Bisnis.com, JAKARTA -- Calon emiten dari sektor pembiayaan PT Pool Advista Finance Tbk. menetapkan harga penawaran saham baru perseroan yang akan dilepas dalam rangka penawaran umum perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) antara Rp125 hingga Rp150 per saham.
 
Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 800 juta lembar saham baru dengan nominal Rp100. Jumlah saham baru tersebut setara dengan 23,92% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.
 
Suparno Sulina, Direktur PT Artha Sekuritas Indonesia sekaligus sebagai penjamin pelaksana emisi efek mengatakan, harga saham berkisar Rp125 - Rp150 per saham. Dana yang akan diraih sekitar Rp100 miliar hingga Rp120 miliar.
 
Adapun, mengenai rencana penggunaan dana setelah IPO, sekitar 50% akan digunakan untuk investasi pengembangan infrastruktur perseroan dan sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan.
 
Masa penawaran umum akan dimulai pada 7-9 November dan listing di BEl dijadwalkan pada 14 November 2018.
 
Asa Mirzaqi, Direktur Utama PT Pool Advista Finance Tbk (PAF), mengatakan bahwa dalam rencana IPO ini, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 800 juta waran seri I dengan rasio 1:1. 
 
Dengan demikian, jumlah seluruh saham termasuk saham pendiri dan waran yang akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEl) sebanyak 3,59 miliar saham. Sedangkan sisanya sebesar 622 juta saham tidak dicatatkan sesuai POJK 28/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan. 
 
Perseroan selama ini fokus pada pembiayaan sektor produktif dan menyasar kalangan korporasi ini. Masuk bursa merupakan salah satu strategi perseroan dalam meningkatkan pertumbuhan aset dan profit dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal. 
 
"Strategi lain dilakukan dengan mengembangkan sistem teknologi informasi dan infrastruktur pada awal 2019, serta meningkatkan pembiayaan dengan prinsip syariah," katanya, Rabu (24/10/2018). 
 
Arfianto Wibowo, Direktur Bisnis dan Direktur Independen PAF mengatakan, kinerja perseroan di industri pembiayaan produktif sangat baik, seiring dengan pencapaian pembiayaan yang positif. 
 
Hingga Juli 2018, total pembiayaan mencapai Rp258,35 miliar, terdiri dari pembiayaan investasi sebesar Rp90,08 miliar, pembiayaan modal kerja Rp85,14 miliar, pembiayaan multiguna Rp82,91 miliar, dan pembiayaan syariah Rp 220 juta. 
 
Pada akhir tahun 2017, perseroan mampu membukukan total pembiayaan sebesar Rp180,27 miliar. 
 
"Dilihat dari total portofolio pembiayaan, kami masih fokus di pembiayaan sektor produktif terutama investasi, pembiayaan modal kerja. Hal ini didasari dari kebijakan memitigasi risiko pembiayaan," ungkap Arfian.
 
Raden Ari Priyadi, Direktur Keuangan PAF, menambahkan bahwa rasio solvabilitas pada akhir Juli 2018 sebesar 0,15 kali dengan net profit margin (NPM) yakni 138,13%, naik signifikan dari akhir 2017 sebesar 82,94%. 
 
"Aset hingga Juli 2018 mencapai Rp325,59 miliar dari akhir tahun lalu Rp273,90 miliar. Kewajiban kami pada akhir Juli sebesar Rp44,53 miliar dan ekuitas Rp281,07 miliar."
 
Saham perseroan dimiliki oleh PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) sebesar 99,99%, sisanya dimiliki oleh Freddy Gunawan. Sementara itu, saham POOL dimiliki publik sebanyak 69,2%, sisanya ASABRI 12,16% dan PT Advista Multi Artha 18,64%. 
 
Prospek Bisnis
Ari menilai prospek industri pembiayaan di Indonesia tahun ini masih prospektif yang ditunjukkan dengan peningkatan aset industri multifinance per akhir Juli 2018 yang menembus Rp38 triliun atau naik 8,2% year on year.
 
Ditambah lagi, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga positif, baik dari Kementerian Keuangan yakni antara 5,18-5,4% maupun dari Bank Indonesia sebesar 5,2%. 
 
Selain itu, ada beberapa regulasi yang mendukung pertumbuhan multifinance di antaranya aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal perluasan kegiatan usaha (POJK No.29/2014) dan kelonggaran uang muka dan loan to value dari Bank Indonesia (PBI No.20/2018). 
 
Ari menambahkan, model bisnis yang dijalankan perseroan sejak 2016 hingga 2017 mampu meningkatkan kinerja, terbukti dengan kenaikan laba bersih sebesar 30,78% dari Rp 20,69 miliar pada 2016 menjadi Rp 27,06 miliar pada 2017. 
 
Hingga kini, perseroan masih akan mengandalkan pembiayaan konvensional dan syariah. Untuk pembiayaan syariah di antaranya ljarah Multijasa, ljarah Muntahiyah Bittamlik atau IMBT (leasing), dan Murabahah (jual-beli).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper