Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terseret Aksi Jual di Asia, Putusan BI jadi Katalis

Aksi jual yang melanda pasar saham Asia turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (23/10/2018).
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi jual yang melanda pasar saham Asia turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (23/10/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup terkoreksi 0,73% atau 42,54 poin di level 5.797,89, setelah mampu berakhir rebound tipis 0,05% atau 3,14 poin di posisi 5.840,43 pada perdagangan Senin (22/10). 

Indeks mulai tergelincir ke zona merah saat dibuka turun tipis 0,03% atau 1,74 poin di level 5.838,69 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.797,34-5.848,04.

Sektor infrastruktur dan tambang yang masing-masing berakhir turun 2,01% dan 1,40% memimpin pelemahan di antara delapan dari sembilan sektor menekan pergerakan IHSG. Adapun sektor aneka industri mampu berakhir di zona hijau dengan kenaikan 0,84%.

Dari 610 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 137 saham menguat, 260 saham melemah, dan 213 saham stagnan.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang turun 2,63% menjadi penekan utama terhadap koreksi IHSG, diikuti saham BBCA (-0,86%), GGRM (-2,53%), dan BBRI (-0,98%).

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 tergelincir ke zona merah dan ditutup turun 0,66% atau 3,36 poin di level 506,93, setelah mampu rebound dan berakhir dengan kenaikan 0,20% atau 1,01 poin di level 510,29 pada Senin (22/10).

Indeks saham lainnya di kawasan Asia terpantau ikut memerah sore ini, di antaranya indeks indeks FTSE Straits Time Singapura (-1,53%), indeks FTSE Malay KLCI (-1,44%), dan indeks PSEi Filipina (-0,53%).

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing berakhir anjlok lebih dari 2% dan indeks Kospi Korea Selatan anjlok 2,57%. Adapun indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing anjlok 2,26% dan 2,66%, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong terjerembap lebih dari 3%.

Hampir setiap indeks saham acuan di Asia melorot sekitar 1-3% pada perdagangan hari ini. Padahal, mayoritas indeks saham, termasuk IHSG, mampu bergerak positif pada perdagangan Senin (22/10) ditopang lonjakan yang dialami bursa saham China.

Meski pemerintah China melancarkan sejumlah dukungannya untuk sektor swasta serta menggalang kepercayaan investor, bursa saham China kembali tersungkur setelah membukukan penguatan hampir 7% selama dua sesi perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Risiko masih terlihat meluap di seluruh pasar global, mulai dari berlanjutnya tensi perdagangan AS-China, ketegangan seputar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, kekhawatiran mengenai anggaran Italia, hingga langkah Presiden Donald Trump yang tidak dapat diprediksi menjelang pemilu paruh waktu di Amerika Serikat (AS).

Pada saat yang sama, Trump mengatakan pemerintah AS akan meningkatkan persenjataan nuklirnya untuk menekan China dan Rusia. Ini artinya AS dapat menarik diri dari Traktat Persenjataan Nuklir (Intermediate-Range Nuclear Forces/INF) dengan Rusia.

“Meningkatnya risiko geopolitik menyusul komentar Presiden AS Donald Trump tentang persenjataan nuklir mengurangi sentimen investor,” kata Kim Ji-hyung, seorang analis di Hangyang Securities, seperti dikutip Reuters.

Meski ikut terseret aksi jual di kawasan ini, IHSG bernasib lebih baik dibandingkan indeks saham lainnya hari ini, dengan mencatatkan koreksi di bawah 1%, setelah pihak otoritas moneter di dalam negeri menahan suku bunga acuan dalam pertemuan kebijakan yang berakhir hari ini.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Oktober 2018 memutuskan untuk menahan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%, suku bunga Deposit Facility pada 5,00%, dan suku bunga Lending Facility pada 6,50%.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.

"Sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi," tegas Mirza.

Bank Indonesia, lanjutnya, akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas-otoritas terkait untuk mempertahankan stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal.

"Di antaranya untuk meningkatkan ekspor dan menurunkan impor sehingga defisit transaksi berjalan dapat turun menjadi sekitar 2,5% dari PDB pada 2019," terang Mirza, seperti dikutip Bloomberg.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

(%)

TLKM

-2,63

BBCA

-0,86

GGRM

-2,53

BBRI

-0,98

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

ASII

+1,03

MYOR

+2,29

TOPS

+3,07

MPRO

+24,84

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper