Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham TLKM Masih Berisiko Melemah

Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih mengalami tekanan dengan ditutup melemah 140 poin atau 3,59% di level Rp3.760 dari hari sebelumnya pada posisi Rp3.900 sejalan dengan pelemahan indeks infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Alex J. Sinaga meresmikan pengoperasian Satelit Merah Putih yang berlangsung di Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom Cibinong, Senin (17/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Alex J. Sinaga meresmikan pengoperasian Satelit Merah Putih yang berlangsung di Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom Cibinong, Senin (17/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA—Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih mengalami tekanan dengan ditutup melemah 140 poin atau 3,59% di level Rp3.760 dari hari sebelumnya pada posisi Rp3.900 sejalan dengan pelemahan indeks infrastruktur, utilitas dan transportasi. Sepanjang Oktober 2018 harga saham TLKM memang menunjukkan tren positif namun secara year-to-date saham perusahaan tergerus 15,32%.

Kondisi ini dibayangi indeks infrastruktur, utilitas dan tranportasi ditutup merosot 2,52% pada level RpRp1.047,83 dan menjadi penekan utama IHSG hari ini. Secara year-to-date indeks infrastruktur, utilitas dan tranportasi juga tumbuh negatif 11,48%. Selain itu, IHSG hari ini juga ditutup turun tipis 0,40% ke level Rp5.845,24 dari posisi Kamis.

Di sisa tahun 2018, TLKM tampak terus berupaya meningkatkan kinerjanya. Di sisi lain pendapatan pada semester I/2018 menunjukkan kinerja positif, pendapatan TLKM  naik tipis 0,54 (yoy) menjadi Rp64,37 triliun. Pendapatan dari segmen telepon mengalami penurunan 18,33% (yoy) menuju Rp18,69 triliun. Untuk pendapatan dari segmen data, internet dan jasa teknologi informatika justru tumbuh 10,91% di sepanjang semester I/2018 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan pendapatan dari segmen telepon  berusaha ditekan oleh TLKM dengan menawarkan paket voice dan SMS kepada pelanggan agar dapat melakukan panggilan telepon dan SMS lebih hemat. TLKM pun berupaya mengoptimalkan monetisasi layanan data dan broadband. Saat ini pendapatan perusahaan lebih dari separuhnya ditopang  oleh segmen data, internet dan jasa teknologi informatika yaitu sebesar 58,43%, kemudian segmen telepon berkontribusi sebesar 29,03%  dan sisanya 12,53% dari segmen interkoneksi, jaringan dan pendapatan lainnya.

Meskipun pendapatan TLKM tumbuh, tercatat di semester I/2018 laba bersih tergerus 28,14% menjadi Rp8,7  triliun dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp12,1 triliun.

Pada tahun ini, TLKM menganggarkan capex sebesar Rp30 triliun dan sekitar 50% telah digunakan untuk bisnis mobile. Hingga akhir Juni 2018, perusahaan telah membelanjakan capex Rp14,1 triliun. Adapun untuk tahun 2019, TLKM berencana menganggarkan belanja modal sekitar 22%-25% dari pendapatan perusahaan pada akhir tahun 2018. Belanja modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur seluler dan sisanya dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur fixed broadband.

Secara teknikal, harga saham TLKM ditutup di bawah MA 200 dan dari kurva MACD saham TLKM masih memiliki momentum positif. Kemudian Indikator Relative Strength Index menunjukkan harga saham TLKM berada di level 58,49 yang cenderung netral.

Saham TLKM Masih Berisiko Melemah

Sumber: Bloomberg

*) Dyah Ayu Kartika, analis Bisnis Indonesia Resources Center

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper