Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karena Pasokan Membeludak, Harga CPO Merosot

Kontrak berjangka minyak kelapa sawit ajlok karena cadangan di Malaysia menunjukkan kenaikan ke titik tertinggi selama 8 bulan pada September, bersamaan dengan ekspor yang melemah sepanjang awal Oktober.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Kontrak berjangka minyak kelapa sawit ajlok karena cadangan di Malaysia menunjukkan kenaikan ke titik tertinggi selama 8 bulan pada September, bersamaan dengan ekspor yang melemah sepanjang awal Oktober.

Pada perdagangan Kamis (11/10), harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Bursa Derivatif Malaysia mengalami penurunan hingga 29 poin atau 1,32% menjadi 2.164 ringgit per ton dan mencatatkan penurunan harga hingga 14,20% sepanjang 2018 berjalan.

Pengelola penjualan di Okachi, Marcello Cultrera mengatakan bahwa penyebab utama penurunan harga tersebut adalah data yang menunjukkan cadangan pasokan di Malaysia lebih tinggi dari ekspektasi. Adapun, kekhawatiran akan permintaan ekspor yang mulai merosot turut menekan harga.

Berdasarkan data Badan Minyak Kelapa Sawit Malaysia, cadangan CPO Malaysia pada September bertumbuh 1,5% pada September dari bulan sebelumnya menjadi 2,54 juta ton pada September. Jumlah tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Januari yang jumlahnya masih sebanyak 2,49 juta ton.

Selain itu, dengan produksi yang melambung, ekspor CPO Malaysia sejak 1 – 10 Oktober 2018 mencapai 308.380 ton. Kemudian, berdasarkan data Intertek, ekspor dari AmSpecShipments anjlok 39.1% dari bulan ke bulan dari 506.212 ton menjadi 297.365 ton.

Pada sesi perdagangan yang sama, harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT), yang umumnya pergerakan harganya serupa dengan CPO, turun 0,25 poin atau 0,86% menjadi US$28,68 sen per pon dan mencatatkan penurunan 13,39% secara year-to-date (ytd).

“Permintaan bisa kembali pulih apabila selisih kedelai dan CPO naik, membuat minyak nabati itu [CPO] menjadi lebih kompetitif,” ujar Cultrera, dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/10/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper