Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir anjlok lebih dari 2% pada perdagangan hari ini, Kamis (11/10/2018), di tengah kemerosotan bursa saham global pascapelemahan bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup anjlok 2,02% atau 117,85 poin di level 5.702,82, setelah mampu melanjutkan penguatannya dan berakhir naik 0,41% atau 23,88 poin di posisi 5.820,67 pada perdagangan Rabu (10/10).
Indeks mulai tergelincir ke zona merah ketika dibuka melorot 1,49% atau 86,67 poin di level 5.733,99 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.669,72-5.746,24.
Seluruh sembilan sektor berakhir tertekan di zona merah, dipimpin aneka industri (-2,92%), finansial (-2,68%), dan tambang (-2,46%).
Dari 609 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 77 saham menguat, 337 saham melemah, dan 195 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang turun 2,78% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG, diikuti saham BBRI (-3,32%), BMRI (-3,09%), dan ASII (-3,24%).
Baca Juga
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 ditutup anjlok 2,32% atau 11,76 poin di level 494,35, setelah mampu melanjutkan penguatannya dan berakhir dengan kenaikan 0,13% atau 0,63 poin di level 506,11 pada Rabu (10/10).
Hampir seluruh indeks saham di Asia Tenggara terpantau memerah dengan kemerosotan yang dalam sore ini, di antaranya indeks SE Thailand (-2,61%), indeks FTSE Malay KLCI (-1,54%), indeks FTSE Straits Time Singapura (-2,69%), dan indeks PSEi Filipina (-1,67%).
Di wilayah lainnya di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing berakhir anjlok 3,52% dan 3,89%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan tersungkur lebih dari 5%.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China terjun ke level terendahnya dalam beberapa tahun, masing-masing sebesar 5,22% dan 4,80%. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong berakhir anjlok 3,54%.
Pada perdagangan Rabu (10/10), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup terjerembap 3,15% di level 25.598,74, indeks S&P 500 anjlok 3,29% di 2.785,68, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 4,08% di level 7.422,05.
Pergolakan pada bursa saham AS pun menjalar ke pasar Asia, dengan hampir seluruh indeks saham acuan mulai dari Tokyo hingga Hong Kong rata-rata mengalami penurunan lebih dari 3%.
Kekhawatiran baru tentang perang dagang dengan China dan kenaikan suku bunga sebagian besar telah memicu aksi jual pada pasar saham AS.
Lonjakan baru-baru ini pada imbal hasil obligasi AS ke level tertingginya dalam tujuh tahun memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengindikasikan pengetatan suku bunga dengan laju lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Federal Reserve AS.
Investor juga khawatir bahwa perang dagang mengurangi prospek keuntungan seiring dengan tanda-tanda bahwa perusahaan-perusahaan Amerika mungkin tidak dapat memperlihatkan pertumbuhan pada musim laporan keuangan kuartal ketiga yang telah berkontribusi terhadap pergerakan pasar ekuitas sejauh ini.
“Pasar ekuitas terkunci dalam aksi jual tajam, dengan kekhawatiran di sekitar seberapa jauh imbal hasil akan naik, peringatan dari IMF tentang risiko stabilitas keuangan, dan ketegangan perdagangan lebih lanjut. Semuanya mendorong ketidakpastian,” kata analis di ANZ.
Meski demikian, menanggapi pertanyaan tentang pelemahan bursa AS, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan koreksi yang dialami pasar saham tidak begitu mengejutkan dan tetap yakin dengan kekuatan ekonomi AS.
“Fundamental ekonomi AS terus berlanjut sangat kuat, saya pikir itu sebabnya pasar saham telah berjalan seperti adanya. Fakta bahwa ada sedikit koreksi, mengingat seberapa besar pasar telah naik, tidak benar-benar mengejutkan,” ujar Mnuchin, dalam sebuah wawancara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di Bali, seperti dikutip Bloomberg.
Saham-saham penekan IHSG:
Kode | (%) |
BBCA | -2,78 |
BBRI | -3,32 |
BMRI | -3,09 |
ASII | -3,24 |
Saham-saham pendorong IHSG:
Kode | (%) |
GOOD | +24,68 |
BRPT | +2,56 |
SMCB | +7,03 |
MASA | +9,73 |
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel