Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Turun Meski Badai di AS Berisiko Tekan Pasokan

Harga minyak West Texas Intermediate kembali diperdagangkan di atas US$74 per barel karena adanya kekhawatiran akan badai Michael di Amerika Serikat yang berpotensi menyusutkan cadangan minyak AS.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak West Texas Intermediate kembali diperdagangkan di atas US$74 per barel karena adanya kekhawatiran akan badai Michael di Amerika Serikat yang berpotensi menyusutkan cadangan minyak AS.

Adapun, International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa kenaikan harga minyak akan membuat perekonomian dunia berada dalam risiko.

Pada Rabu (10/9), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tipis setelah melambung 0,9% pada perdagangan pada penutupan perdagangan Selasa (9/10). Saat ini, harga turun 0,22 poin atau 0,29% menjadi US$74,74 per barel dan mencatatkan kenaikan harga hingga 23,70% selama 2018 berjalan.

Direktur IEA Fatih Birol mengatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama lainnya perlu menambah produksi karena pasokan minyak saat ini memasuki ‘zona merah’ dan kenaikan harga akan merusak pertumbuhan ekonomi global.

Selain itu, faktor yang menambah risiko pada pasokan minyak global adalah akan adanya badai Michael di AS yang bakal menghambat produksi di Gulf Meksiko hingga 40% karena badai itu tengah menuju ke pantai Florida.

“Pasar minyak tetap pada posisi bullish karena adanya kemungkinan penurunan kapasitas,” kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia – Pasifik di Oanda, dilansir dari Bloomberg, Rabu (10/10/2018).

Innes menambahkan, komentar dari IEA menunjukkan bahwa harga minyak yang terus menjulang juga menambah tekanan pada pertumbuhan ekonomi global.

Harga minyak WTI sudah merangkak naik hingga 15% dari pertengahan Agustus dari posisi US$66 per barel menjadi ke atas US$74 per barel karena masih ada ketidakpastian mengenai tambahan pasokan dari OPEC bisa mengisi kesenjangan pasokan dari penyusutan di Venezuela hingga Iran.

Hal itu bersamaan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan bahwa sanksi AS kepada Iran harus disalahkan karena menjadi penyebab lonjakan harga. Selama ini Presiden AS Donald Trump telah menyalahkan OPEC karena melakukan pembiaran pada kenaikan harga.

Selain minyak WTI, harga minyak Brent pada sesi perdagangan yang sama mengakami penurunan 0,12 poin atau 0,14% menjadi US$84,88 per barel dan mencatatkan kenaikan 26,93% secara year-to-date (ytd). Saat ini Brent lebih premium daripada minyak WTI mencapai US$10,14 per barel.

Birol melanjutkan bahwa harga energi yang mahal mulai kembali muncul bersamaan dengan perekonomian global yang mulai kehilangan momentum. Namun, dari segi permintaan saat ini masih cukup kuat, tetapi pada kuartal akhir 2018 akan sulit mempertahankan harga jika tidak ada produsen yang beraksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper