Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oso Sekuritas: IHSG Bergerak Mixed Cenderung Melemah

Oso Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah dengan pergerakan di kisaran 5.746 - 5.862.
Karyawan melakukan perawatan patung Banteng Wulung, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan melakukan perawatan patung Banteng Wulung, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Oso Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah dengan pergerakan di kisaran 5.746 - 5.862.

Hal tersebut terindikasi dari IHSG yang ditutup candle
bullish dengan indikator Stochastic golden cross, MACD histogram bergerak ke arah positif dengan volume turun. 

Pada perdagangan kemarin (09/10), IHSG berhasil ditutup menguat sebesar 0,62% ke level 5.796,79.

Sembilan dari sepuluh indeks sektoral berakhir
dalam zona hijau, dimana sektor Aneka Industri dan Industri Dasar memimpin penguatan masing-masing sebesar 2,12% dan 1,58%.

Adapun saham yang menjadi penggerak indeks diantaranya: BBCA, BMR, TLKM, BBRI, ASII
Penguatan pada indeks salah satunya dikarenakan statement dari Moody's yang menilai Ekonomi Indonesia masih cukup kuat menghadapi konflik
perang dagang global.

Hal ini dinilai dari cadangan devisa Indonesia yang
masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainya serta memiliki rasio pembayaran utang yang cukup baik yaitu diatas level 18%.

Kemarin, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1%. Pelaku pasar asing membukukan aksi jual bersih (Netsell) sebesar Rp 300
miliar. Nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 0.13% ke level 15.238.

Sementara itu, indeks utama bursa Wall st ditutup mixed dengan mayoritas ditutup dalam teritori negatif pada perdagangan Selasa (09/10). Indeks Dow
Jones dan S&P turun masing-masing sebesar 0.21% dan 0.14%. Sedangkan satu indeks utama lainnya berhasil berakhir naik meski tipis sebesar 0.03%.
Pelemahan tersebut terjadi ditengah turunnya imbal hasil obligasi AS 10-tahun.

Adapun pelaku pasar saat ini sedang mengantisipasi adanya pernyataan Dana Moneter Internasional yang menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019.

Adapun diperkirakan tahun 2019 untuk negara AS dan China kemungkinan besar akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari beban perang dagang yang mereka lakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper