Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Brent Jatuh ke Bawah US$84/Barel

Harga minyak global melanjutkan pelemahan ke bawah US$84 per barel hari ini, Senin (8/10/2018), setelah Arab Saudi mengatakan dapat membuka kapasitas produksi cadangannya segera untuk mengimbangi penurunan ekspor minyak mentah Iran karena sanksi Amerika Serikat.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global melanjutkan pelemahan ke bawah US$84 per barel hari ini, Senin (8/10/2018).

Pelemahan berlanjut setelah Arab Saudi mengatakan dapat membuka kapasitas produksi cadangannya segera untuk mengimbangi penurunan ekspor minyak mentah Iran karena sanksi Amerika Serikat.

Minyak patokan global Brent untuk kontrak Desember 2018 terpantau melemah 1,05% atau 0,88 poin ke level US$83,28 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London pada pukul 8.34 WIB, setelah melemah hingga 2,5% dalam dua sesi perdagangan terakhir

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November melemah 0,74% atau 0,55 poin ke posisi US$73,79 per barel di New York Mercantile Exchange.

Dilansir Bloomberg, Arab Saudi memompa sekitar 10,7 juta barel per hari dan dapat menambah kapasitas sebesar 1,3 juta, ungkap putra mahkota kerajaan dalam sebuah wawancara.

Sementara itu, pemerintahan Trump dikabarkan sedang melakukan pembicaraan dengan negara-negara yang ingin terus membeli minyak mentah Iran setelah sanksi dilanjutkan pada 4 November.

Reli minyak telah memudar setelah naik ke level tertinggi dalam empat tahun di atas US$86 per barel di London pekan lalu. Namun, para pelaku pasar masih khawatir bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutunya tidak meningkatkan output cukup cepat dan bahwa mereka mungkin tidak memiliki kapasitas untuk sepenuhnya menutupi penurunan ekspor Iran.

"Masalah kapasitas cadangan OPEC telah menjadi misteri pasar minyak terbesar untuk beberapa waktu dengan sebagian besar perdebatan berada pada Arab Saudi," ungkap Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik di Oanda Corp, seperti dikutip Bloomberg.

“Masalahnya adalah kapasitasnya dengan cepat menurun karena permintaan Asia yang tak terpuaskan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper