Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Melonjak ke Level Tertinggi Sejak 2014

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November menguat 2,8% atau 2,05 poin ke level US$75,30 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi sejak 24 November 2014.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat tahun terakhir karena perlambatan pengeboran AS menambah kekhawatiran atas penurunan pasokan dari Iran dan Venezuela.

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November menguat 2,8% atau 2,05 poin ke level US$75,30 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi sejak 24 November 2014.

Sementara itu, Brent untuk kontrak Desember menguat 2,25 poin ke level US$84,98 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$9,84 dibanding kontrak WTI untuk bulan yang sama.

Karena sanksi AS menghalangi importir untuk membeli minyak Iran, Presiden Donald Trump dan Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi membahas upaya untuk mempertahankan pasokan.

Sementara itu, jumlah pengeboran pengeboran untuk minyak mentah di AS turun untuk minggu kedua, menandakan perlambatan potensial dalam pertumbuhan output.

"Saat ini, kita berada dalam pasar bullish untuk minyak mentah karena prospek pasar yang sangat ketat di akhir tahun," kata John Kilduff, mitra pendiri di hedge fund Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg..

Minyak mentah menguat ke level yang tak terlihat sejak 2014 silam karena gangguan pasokan dari Iran hingga Venezuela terus menekan pasar global. Sejumlah pelaku pasar juga memperkirakan minyak mentah menguat di atas US$100, menyusul spekulasi penurunan persediaan minyak global.

Akan tetapi, BP Plc memperingatkan bahwa reli harga minyak mentah diperkirakan tidak berkelanjutan karena meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China dapat menekan permintaan.

"Situasi pasokan terlihat rapuh memang," kata Norbert Ruecker, kepala penelitian makro dan komoditas di Julius Baer Group Ltd di Zurich.

Sementara itu, setelah kritik terbaru Trump terhadap Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) atas tingginya harga, Trump dan Raja Saudi berbicara melalui telepon pada Sabtu (29/9) mengenai kemitraan strategis antara kedua negara dan pertumbuhan ekonomi global.

Di AS, jumlah rig pengeboran minyak aktif turun tiga pekan lalu ke 863, menurut data yang dirilis oleh Baker Hughes pada hari Jumat. Penghitungan di Permian Basin West Texas dan New Mexico turun menjadi 486.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper