Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sekuritas dan Manajer Investasi Pangkas Target Proyeksi IHSG

Mayoritas lembaga keuangan yang terdiri dari sekuritas dan manajer investasi memutuskan menurunkan target atau proyeksi posisi IHSG 2018, mengingat posisi indeks terkini dan perkembangan kondisi global tidak lagi memungkinkan untuk mempertahankan target yang terlalu optimistis.
Karyawan melakukan perawatan patung Banteng Wulung, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan melakukan perawatan patung Banteng Wulung, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Mayoritas lembaga keuangan yang terdiri dari sekuritas dan manajer investasi memutuskan menurunkan target atau proyeksi posisi IHSG 2018, mengingat posisi indeks terkini dan perkembangan kondisi global tidak lagi memungkinkan untuk mempertahankan target yang terlalu optimistis.

Secara detail, delapan dari sebelas lembaga keuangan yang diwawancarai Bisnismerevisi turun target IHSG tahun ini. Adapun, sebagian besar melakukan revisi pada Juli-Agustus atau saat terjadi krisis mata uang di beberapa negara.

Jason Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa pihaknya menurunkan proyeksi IHSG akhir tahun ini dari 6.700 menjadi 6.100. Kekhawatiran utamanya yakni terus bertahannya current account deficit (CAD) Indonesia di posisi yang tinggi.

Tingginya impor BBM pada Juli dan Agustus menyebabkan defisit perdagangan Indonesia sangat tinggi. Sementara itu, sulit bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan non-populis dengan menaikkan harga BBM menjelang tahun politik.

Keputusan menaikkan bea impor barang-barang konsumsi memang baik, tetapi efeknya kemungkinan baru dirasa pada kuartal keempat tahun ini, sedangkan pada September kemungkinan masih terjadi defisit perdagangan kendati lebih kecil dari bulan sebelumnya.

Dia memperkirakan CAD tahun ini sekitar 2,7% dari GDP, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu 1,9% dari GDP. “Tingginya CAD 2018 dibandingkan dengan 2017 berpengaruh sangat besar kepada performa rupiah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada earning growth emiten dan ini berpengaruh negatif pada IHSG,” katanya.

Awalnya Jason berekspektasi pertumbuhan laba emiten akan sekitar 11%—13% tahun ini, tetapi dengan melihat kondisi ekonomi terkini tampaknya hanya akan sekitar 6%—7% sehingga posisi wajar IHSG adalah 6.100.

Valdy Kurniawan, analis Phintraco Sekuritas, juga merevisi target IHSG akhir tahun dari semula 7.000 menjadi sekitar 6.300 – 6.500. Pertimbangan utama penurunan target tersebut adalah tren pelemahan rupiah yang diproyeksikan bertahan hingga akhir tahun.

Menurutnya, meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia relatif baik, kondisi global seperti potensi kenaikan The Fed sekali lagi tahun ini dan ketidakpastian kebijakan perdagangan AS serta pemilu Indonesia tahun depan, akan mempengaruhi psikologi investor.

“Sehingga IHSG akan cenderung fluktuatif akibat aksi panic selling yang diikuti bargain hunting,” katanya.

Franky Rivan, Anali Kresna Sekuritas, mengatakan bahwa pihaknya juga merevisi target IHSG akhir tahun ini dari semula 6.500 yang ditetapkan pada pertengahan tahun ini menjadi 6.200.

Revisi target ini dilakukan setelah memasukan faktor peningkatan yield surat utang negara (SUN) yang di atas ekspektasi serta pertumbuh GDP yang di bawah ekspektasi.

“Sampai akhir tahun kita tactical overweight, cenderung gearing up ke emiten-emiten yang memiliki beta tinggi. Emiten yang memiliki equity beta tinggi, yang lebih sensitif dengan IHSG,” katanya.

Artha Sekuritas juga melakukan revisi, tepatnya saat terjadi krisis mata uang di Argentina pada Agustus lalu. "Faktor eksternal dan meningkatnya suku bunga memberikan tekanan ke beberapa perusahaan yang bergantung pada impor dan memiliki hutang dengan denominasi dolar AS," kata Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali.

Dia menegaskan, revisi ini dilakukan murni karena faktor global. Menurutnya, kondisi ekonomi di dalam negeri masih cukup baik dan kuat secara fundamental. Namun, tekanan dari luar negeri turut berdampak pada kebijakan suku bunga pemerintah.

Adapun, Reliance Sekuritas Indonesia merevisi target IHSG dari sebelumnya 6.450 dengan price earning (PE) 22 kali menjadi 6.258 dengan PE 20 kali. Perubahan proyeksi indeks ini juga dilakukan pada Agustus 2018.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan, awal tahun ini pelaku pasar memproyeksikan perang dagang tidak akan terlalu berdampak pada pergerakan indeks. Namun ,secara mengejutkan Presiden AS Donald Trump cukup agresif.

"Dampaknya emerging market semua turun. Itu yang mendasari kami melakukan revisi. Target 6.258 sebenarnya juga sedikit sulit, kami hanya berharap pada window dressing," kata dia.

Andy Ferdinand, Head of Equity Research PT Samuel Sekuritas Indonesia menjelaskan, kinerja emiten hingga semester I/2018 masih relatif lemah. Berdasarkan data Samuel Sekuritas, total pendapatan tumbuh 9,7% yoy dan total laba bersih meningkat 7,1% yoy. Adapun, pertumbuhan laba bersih itu masih di bawah estimasi yang sebesar 11%.

"Maka kami menurunkan estimasi pertumbuhan EPS kami tahun ini menjadi 9%, sedangkan pada tahun depan masih dipertahankan 11%. Sejalan dengan penurunan estimasi itu, target IHSG diturunkan 6.400 menjadi 6.300," kata dia.

Presiden Direktur PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul menilai, tidak banyak faktor yang bakal mengerek laju indeks pada akhir tahun. Sektor batu bara dan konsumsi menurutnya masih menjadi harapan terbesar bagi pelaku pasar.

Faktor lain adalah historical. Menurutnya, secara historical indeks pada akhir tahun selalu menguat. Selain itu, selama empat kali pelaksanaan pemilihan presiden IHSG juga selalu naik. Tren ini menurutnya akan kembali terulang pada penghujung tahun.

"Harusnya banyak uang mengalir sehingga GDP kuat dan kinerja emiten bagis. Penyaluran kredit bank juga sudah bagus," kata dia. Sucorinvest merevisi target IHSG pada tahun ini dari 6.700 menjadi 6.300.

Head of Investment PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana memprediksi, pergerakan indeks akan ditopang oleh kinerja emiten dari sektor perbankan sepanjang mampu meminimalisasi efek kenaikan suku bunga terhadap kredit yang disalurkan.

"Penopang akhir tahun masih dari kinerja emiten, terutama perbankan. Karena IHSG itu ditopang maksimal oleh sektor perbankan. Kami prediksi akhir tahun IHSG di kisaran 6.300-6.400," ujarnya.

Analisis berbeda disampaikan oleh Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra. Menurutnya, indeks akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.

BNI Asset Management sendiri telah menentukan batas bawah dan batas atas IHSG. "Kalau rupiah stabil dan cenderung menguat indeks bisa menuju 6.600. Tapi kalau sebaliknya, tren rupiah melemah bisa mengarah ke hanya 6.100," kata dia.

PT Indosurya Bersinar Sekuritas menjadi salah satu yang masih mempertahankan target IHSG. Tak tanggung-tanggung, angka yang dipatok cukup tinggi yakni 7.024.

Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menjelaskan, pihaknya masih cukup optimistis dengan kondisi pada kuartal III/2018 dan kuartal IV/2018. "Semester II/2018 banyak agenda yang akan membantu penguatan."

William menegaskan, angka 7.024 itu sebenarnya bukanlah target akhir tahun namun target sepanjang tahun ini. Dengan kata lain, dia memprediksi indeks akan menyentuh level tersebut meskipun tidak harus pada akhir tahun.

Yuliana, Research Analyst Profindo Sekuritas Indonesia, juga tetap mempertahankan target IHSG akhir tahun ini pada posisi 6.500 dengan sektor pilihan yakni batu bara, bank dan consumer goods.

Yuliana mengatakan, alasan pihaknya mempertahankan target yakni menimbang dari sisi kinerja keuangan emiten, pihaknya masih cukup optimistis akan tumbuh. Selain itu, sentimen negatif seperti kenaikan Fed Fund Rate seharusnya sudah mulai bisa diantisipasi pasar.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper