Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Dekati Titik Terendah dalam 6 Tahun

Harga emas menghijau tipis, tetapi masih mendekati level terendah selama enam tahun setelah anjlok pada sesi sebelumnya.
Ilustrasi harga emas turun/Antara
Ilustrasi harga emas turun/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menghijau tipis, tetapi masih mendekati level terendah selama enam tahun setelah anjlok pada sesi sebelumnya.

Pelemahan emas terjadi setelah data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan penguatan, dan Federal Reserve AS akan tetap menaikkan suku bunga hingga tahun depan.

Pada perdagangan Jumat (28/9) indeks dolar AS semakin kokoh terhadap mata uang utama lainnya dengan kenaikan 0,09%  atau 94,98 poin setelah pertumbuhan ekonomi AS membaik dan mencatat laju tercepat selama empat tahun terakhir.

Adapun, data barang konsumsi naik 4,5% pada Agustus, rebound dari bulan sebelumnya turun 1,2%.

Pada sesi yang sama, harga emas spot mencatatkan kenaikan 1,09 poin atau 0,09% menjadi US$1.183,87 per troy ounce. Sementara itu, harga emas Comex justru turun tipis 0,60 poin atau 0,05% menjadi US$1.886,80 per troy ounce.

Analis Argonaut Securities Helen Lau mengatakan bahwa outlook jangka pendek untuk emas masih dalam tren bearish karena kemungkinan dolar AS akan tetap mendapat dorongan dari perang dagang dengan China dan adanya outlook kenaikan suku bunga acuan AS selanjutnya.

Rabu (26/9) malam lalu waktu AS, Federal Reserve kembali menaikkan suku bunganya sesuai rencana dan menyatakan akan tetap melanjutkan kenaikan hingga akhir 2019 dan lanjut hingga 2020.

"Emas sudah bersusah payah mencapai level psikologis di US$1.200 per troy ounce dalam beberapa hari rerakhir ini. Tapi kami lihat sepertinya tidak berhasil. Begitu naik sedikit, kemudian harganya turun lagi," ungkap Brian Lan, Direktur Pengelola GoldSilver Central, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (29/9).

Lan menambahkan, apabila harga turun, kemungkinan bisa memacu pembelian fisik, yang bisa mendorong harga kembali terkerek.

Sepanjang 2018 berjalan, harga emas sudah turun lebih dari 13% dari puncaknya pada April, sebagian besar disebabkan oleh dolar AS yang terus menguat karena data ekonomi AS positif dan ketakutan pasar akan perang dagang global. Investor saat ini cenderung lebih berminat untuk membeli greenback daripada bullion untuk dijadikan aset lindung nilai.

"Perang dagang masih memberikan dorongan pada dolar AS yang secara umum bisa meredupkan harga emas," kata Nicholas Frappell, Manajer Global ABC Bullion di Australia.

Spekulasi jangka pendek yang cukup besar dinilai Frappell bisa memberi bantalan bagi pelemahan harga emas karena pemain pasar masih mengawasi dengan ketat untuk memutuskan mengambil dana simpanannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper