Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Turut Perlambat Aksi Merger dan Akuisisi Global Pada Kuartal III/2018

Aksi merger dan akuisisi global tercatat hanya mencapai US$783 miliar pada kuartal III/2018 atau turun 35% dibandingkan kuartal sebelumnya, disebabkan kekhawatiran bahwa eskalasi dagang AS-China dapat mengganggu prospek beberapa kesepakatan korporasi.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Aksi merger dan akuisisi global tercatat hanya mencapai US$783 miliar pada kuartal III/2018 atau turun 35% dibandingkan kuartal sebelumnya, disebabkan kekhawatiran bahwa eskalasi dagang AS-China dapat mengganggu prospek beberapa kesepakatan korporasi.
 
Data Thomson Reuters menunjukkan bahwa jumlah kesepakatan Merger and Acquisition (M&A) global pada kuartal III/2018 telah menyentuh level terendah sejak 2013, atau hanya sekitar 9.135 kesepakatan. Angka itu lebih rendah 6% dibandingkan tahun lalu.
 
Namun, laju aktivitas pembuat kesepakatan (dealmaking) untuk periode Januari-September 2018 tetap berada di atas rata-rata. Sepanjang tahun berjalan, aktivitas dealmaking global telah mencapai rekor baru yakni menyentuh US$3,2 triliun.
 
Berdasarkan wilayah, aktivitas M&A di AS menguat 14% secara tahunan menjadi US$368,1 miliar pada kuartal III/2018, atau lebih baik dibandingkan kawasan lainnya.
 
Sementara itu, kesepakatan di Eropa anjlok 14% menjadi US$151,4 miliar. Begitu pula dengan Asia, yang terpangkas 38% menjadi US$185,1 miliar.
 
"Kami melihat awan mendung, yaitu perselisihan dagang atau potensi perang dagang dengan China. Selain itu, ada potensi kekacauan Brexit dan kenaikan suku bunga," kata Mark Shafir, Global Co-head of M&A di Citigroup Inc., seperti dilansir Reuters, Jumat (28/9/2018).
 
Akuisisi produsen perangkat lunak CA Inc. oleh Broadcom Inc. senilai US$18 miliar dan proposal dari Dell Technologies Inc. untuk membeli kembali sahamnya (buyback) dalam bentuk tunai serta saham di perusahaan perangkat lunak VMware Inc. menjadi kesepakatan terbesar sepanjang kuartal III/2018.
 
Di sisi lain, perusahaan pembuat cip asal AS, Qualcomm, dikabarkan telah menarik kembali rencana akuisisinya terhadap NXP Semiconductors NV setelah China menunda memberikan persetujuan berupa kejelasan terkait kemungkinan monopoli. Aksi korporasi itu disebut bernilai US$44 miliar pada Juli 2018.
 
Sikap Pemerintah China tersebut dipandang sebagai bagian dari balasan Negeri Panda atas pemberlakuan tarif impor AS.
 
Oleh karena itu, prospek tercapainya kesepakatan antar perusahaan global berikutnya yang membutuhkan persetujuan regulasi dari China menjadi semakin tidak pasti. Contoh lainnya adalah akuisisi Rockwell Collins Inc. sebesar US$23 miliar oleh perusahaan pemasok untuk pesawat terbang, United Technologies Corp.
 
Para pembuat kesepakatan setuju dan menyampaikan bahwa risiko regulator memang menjadi kekhawatiran di seluruh dunia.
 
"Peninjauan kemungkinan monopoli menjadi lebih sukar diperkirakan," kata COO Lazard Ltd. Alexandra Soto.
 
Sementara itu, pada Agustus 2018, para pembuat kesepakatan sempat dihadapkan oleh kesempatan buyout terbesar dalam sejarah setelah miliarder Elon Musk menyampaikan akan membuat Tesla Inc. menjadi perusahaan tertutup alias go private dan bahkan telah mengamankan dana yang dibutuhkan untuk aksi itu.
 
Namun, Musk memutuskan untuk membatalkan rencana tersebut. Dia pun digugat oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC) karena cuitan itu.
 
Hernan Cristerna, Co-head Global M&A di JPMorgan, meyakini perusahaan akan sedikit menjauhi kesepakatan yang besar tapi tetap aktif di kesepakatan skala menengah kendati iklim bisnis semakin tidak pasti.
 
"Selanjutnya, akan sulit untuk mempertahankan nilai kesepakatan sebesar US$10 miliar lebih. Tahun depan, kita akan melihat lebih sedikit langkah transformasional," tuturnya.
 
Cristerna memperkirakan aktivitas M&A akan banyak terjadi di kisaran nilai US$3 miliar-US$5 miliar karena perusahaan melihat transaksi yang besar bakal sulit dan berisiko.

Di sisi lain, gebrakan dari perusahaan Jepang dinantikan oleh pasar setelah Takeda Pharmaceutical setuju membeli Shire Plc. yang  terdaftar di Bursa London dengan nilai 45,3 miliar poundsterling.
 
"Banyak perusahaan Jepang yang memiliki akses modal yang substansial dan mereka menggunakannya untuk mendorong pertumbuhan M&A di luar Jepang," kata Tom Miles, Head of Americas M&A di Morgan Stanley.
 
Dia juga memproyeksi tarif impor yang diberlakukan AS dan China tidak akan meredam semangat pasar modal di belahan dunia bagian barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper