Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suku Bunga Acuan Sudah Diprediksi, IHSG Hijau

Peningkatan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DDR) menyusul kenaikan suku bunga Federal Reserve sudah diprediksi oleh pelaku pasar, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan cenderung menghijau.
Pengunjung berbincang di depan monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Pengunjung berbincang di depan monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DDR) menyusul kenaikan suku bunga Federal Reserve sudah diprediksi oleh pelaku pasar, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan cenderung menghijau.

Pada penutupan perdagangan Kamis (27/9/2018), IHSG menguat 55,94 poin atau 0,95% menjadi 5.929,22. Ini menjadi kenaikan pertama dalam sepekan.

Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe menyampaikan, faktor penaikkan 7DDR dalam rapat BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 26-27 September 2018 sudah diprediksi pelaku pasar. Sentimen ini membuat IHSG menghijau.

“Jadi dampak penaikkan suku bunga sudah di priced in pasar, makanya IHSG naik,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (27/9/2018).

Hasil RDG yang diumumkan pada sore ini menyebutkan BI 7-Day Reverse Repo Rate naik 25 basis poin (bps) menjadi level 5,75%. Ini menjadi kenaikan kelima sejak Mei 2018.

Sebelumnya, pada pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve yang berakhir Rabu (26/9/2018), Bank Sentral AS itu mengerek suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 bps ke level 2%-2,25%.

Kiswoyo menyebutkan, BI dibawah kepemimpinan Gubernur Perry Warjiyo tampaknya akan menjaga selisih 7DDR dan FFR di kisaran 3%-3,5%. Hal ini bertujuan untuk meredam gejolak pergerakan mata uang dan meredam spekulasi.

“Selang sehari setelah keputusan Fed, BI juga naikan suku bunga. Tidak adanya jeda memberikan kepastian, sehingga mengurangi spekulasi. Kenaikan suku bunga agresif juga menjadi ‘obat keras’ bagi rupiah. Setelah mereda baru dosis obatnya dikurangi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper