Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi AS Mengintai, India Tak Lagi Beli Minyak Iran

India dikabarkan tidak berencana membeli minyak mentah dari Iran lagi pada November. Alhasil, bertambahlah prospek bagi Iran untuk kehilangan pelanggan utama lainnya ketika sanksi AS memukul negara ini.
Kilang minyak Iran.
Kilang minyak Iran.

Bisnis.com, JAKARTA – India dikabarkan tidak akan membeli minyak mentah dari Iran lagi pada November. Alhasil, bertambahlah prospek bagi Iran untuk kehilangan pelanggan utama lainnya ketika sanksi Amerika Serikat (AS) memukul negara ini.

Sejumlah perusahaan minyak dan gas besar di India, yakni Indian Oil Corp. dan Bharat Petroleum Corp., diinformasikan belum meminta pemuatan kargo minyak dari Iran pada November.

Nayara Energy juga tidak merencanakan pembelian apa pun, seperti diungkapkan seorang eksekutif industri. Adapun Mangalore Refinery dan Petrochemicals Ltd. belum membuat keputusan apa pun untuk bulan itu, kata seorang pejabat perusahaan. Keputusan akhir tentang pembelian belum akan jatuh tempo hingga awal Oktober, sehingga para penyuling masih bisa mengubah pikiran mereka.

Penurunan tajam dalam ekspor Iran telah membantu mendorong harga minyak mentah Brent, acuan minyak global, ke level tertingginya dalam empat tahun di atas level US$80 per barel.

Penurunan output lebih lanjut dapat mendorong harga lebih tinggi karena pengilang mendesak mencari barel pengganti di tempat lain. Di seluruh dunia, hanya Arab Saudi dan, pada tingkat lebih rendah, Uni Emirat Arab dan Rusia, yang memiliki kapasitas untuk memompa lebih banyak minyak.

Brent mencapai level tertinggi intraday di US$82,55 per barel pada Selasa (25/9) dan telah naik sekitar 23% sepanjang tahun ini, tepat setelah Presiden AS Donald Trump menekan OPEC dan menuntut harga minyak yang lebih rendah.

India diketahui merupakan pembeli terbesar kedua untuk minyak Iran, dengan rata-rata impor sebesar 577.000 barel per hari tahun ini, atau sekitar 27% dari ekspor Iran, menurut data tanker Bloomberg.

Dengan Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara Eropa juga memotong impor minyak mereka dari Iran menjadi nol, hilangnya penyuling dari India, bahkan jika sementara, merupakan pukulan besar bagi Negeri Timur Tengah tersebut.

Pada saat yang sama, sanksi AS yang akan berlaku pada awal November menciptakan kesenjangan besar dalam pasar minyak global setelah minyak mentah Brent mencapai level tertinggi empat tahun di atas US$80 per barel.

Mercuria Energy Group Ltd. dan Trafigura Group memprediksi hilangnya pasokan Iran akan meningkatkan harga menjadi US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.

Pemerintahan Presiden Donald Trump memang mengambil sikap lebih keras terhadap Iran. AS menginginkan semua impor minyak dari Iran berakhir pada bulan November. Masih belum jelas apakah akan ada keringanan yang diberikan di masa mendatang.

Dalam sanksi AS sebelumnya di bawah kepemimpinan Barack Obama, pemerintah telah mengizinkan negara-negara untuk melanjutkan pembelian dengan tingkat yang lebih rendah.

Sikap yang lebih keras sudah terlihat dengan menghilangnya barel Iran dari pasar. Korea Selatan menjadi yang pertama dari tiga pelanggan minyak utama Iran yang mengindahkan keinginan AS, dengan menahan diri melakukan pembelian apa pun bulan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper