Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melemah tipis menembus Rp14.925 per dolar AS karena pasar masih fokus pada ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Pada penutupan perdagangan Rabu (26/9), kurs rupiah itu susut 8 poin atau 0,04% dari penutupan perdagangan sebelumnya. Sepanjang tahun berjalan, mata uang Garuda menyusut 7,95% di hadapan dolar AS.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang utama, terlihat tidak bergerak pada sesi yang sama dan masih berdiri pada posisi 94,13.
Kepala bidang Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada sesi perdagangan Kamis (27/9) setelah pertemuan bank sentral AS, Federal Reserve, pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
“Selain karena perang dagang AS dan China yang masih berlangsung, ada kemungkinan bahwa the Fed masih akan menaikkan suku bunga atau pengetatan kebijakan moneternya sampai tahun depan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (26/9).
Pasar telah memprediksi bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga hingga empat kali pada tahun ini, bahkan hingga tahun depan. Ekspektasi itu bisa menjadi pemicu penguatan dolar AS, ditambah dengan perekonomian AS yang masih sangat kuat.
Ariston memproyeksikan, untuk jangka pendek, terutama setelah pertemuan the Fed, kurs rupiah akan melemah dengan pergerakan pada kisaran antara Rp14.830—Rp15.000 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel