Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Dekati Level Terendah Dalam 7 Pekan, Ini Alasannya

Dolar Amerika Serikat melayang mendekati level terendah selama tujuh pekan di hadapan sekeranjang mata uang utama.
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat melayang mendekati level terendah selama tujuh pekan di hadapan sekeranjang mata uang utama.

Pelemahan itu terjadi karena permintaan sebagai aset safe-haven untuk mata uang AS itu mulai tertahan seiring dengan perkembangan perang dagang kali ini yang tidak separah sebelumnya.

Ahli strategi mata uang di Daiwa Securities Yukio Ishizuki menilai, AS yang memilih untuk terlebih dahulu meluncurkan tarif lebih rendah berharap ingin menunjukkan bahwa Paman Sam sedang memberikan keringanan kepada China.

“Namun, komentar Perdana Menteri [China] Li Keqiang terkait dengan yuan juga dinilai sebagai tanda bahwa China ‘membuka gerbang’ untuk AS,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Kamis (20/9/2018).

Perdana Menteri China Li Keqiang pada Rabu (19/9) yang menyebutkan bahwa Beijing tidak akan ikut berkompetisi dengan mendevaluasi mata uangnya sehingga ikut memicu penguatan dolar Australia.

Komentar tersebut muncul setelah China menjatuhkan tarif balasan pada barang AS senilai US$60 miliar. Pajak terbaru dari AS dipatok hanya 10% untuk saat ini, sebelum dinyatakan naik ke 25% pada akhir 2018.

Dolar Negeri Kangguru, yang dijadikan tolok ukur perdagangan yang berkaitan erat dengan China dan sebagai barometer sentimen risiko, berdiri di posisi tertinggi selama tiga pekan, dengan catatan kenaikan per pekan hingga 1,5%.

Dolar Australia saat ini berdiri pada posisi US$0,725 setelah sempat menguat ke posisi US$0,727 pada perdagangan Rabu (19/9).

Mata uang Inggris pound juga mundur dari penguatan selama dua bulan terakhir karena ketidakpastian mengenai kesepakatan Brexit dari Uni Eropa dan Britania pada pertemuan yang dilangsungkan beberapa waktu lalu.

Sementara itu, dolar Selandia Baru mengalami penguatan ke titik tertinggi selama tiga pekan setelah kemunculan data Produk Domestik Brutonya (PDB) yang lebih kuat dari ekspektasi.

Indeks dolar AS pada sesi Kamis (20/9) tercatat turun 0,1% menjadi 94,46 dan mendekati level terendahnya selama tujuh pekan di 94,30 karena mata uang saingan lainnya yang lebih sensitif pada risiko berhasil menguat.

Adapun, euro diperdagangkan pada posisi US$1,16 per euro, naik 0,06% dari penutupan sesi sebelumnya dan mulai mendekati puncaknya pada Agustus dan September di kisaran US$1,17 per euro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper