Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Merosot setelah China Balas Tarif AS, Harga Emas Menguat

Harga emas spot kembali menghijau karena dolar Amerika Serikat yang melemah setelah China nyatakan siap membalas tarif dari AS.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas spot kembali menghijau karena dolar Amerika Serikat yang melemah setelah China nyatakan siap membalas tarif dari AS.

Pada perdagangan Rabu (19/9), harga emas spot menembus US$1.200 per troy ounce dengan kenaikan 3,42 poin atau 0,29% menjadi US$1.201,78 per troy ounce. Adapun, harga emas Comex ikut menghijau dengan kenaikan 4 poin atau 0,33% menjadi US$1.206,70 per troy ounce.

Selain itu, pada perdagangan yang sama, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS di hadapan sejumlah mata uang lainnya mencatatkan penurunan tipis 0,07% menjadi 94,57 dari sesi sebelumnya.

Dilansir dari Reuters, Rabu (19/9/2018), China dan AS tenggelam semakin dalam dalam friksi perdagangan pada Selasa (18/9) setelah Beijing membalas dengan menambahkan tarif 10% pada barang konsumsi AS senilai US$60 miliar, sebagai balasan pada tarif dari Presiden AS Donald Trump pada impor China senilai US$200 miliar.

Selain itu, saham di Asia dan imbal hasil treasury AS melayang di kisaran titik tertinggi selama empat tahun pada Rabu, karena para investor masih memantau perkembangan perang dagang antara AS dan China, yang dinilai oleh pelaku pasar tidak separah sebelumnya.

Perkembangan terbaru dari perang dagang AS dan China telah membuat investor memacu pembelian dolar AS karena yakin bahwa AS tidak akan terlalu dirugikan dalam perang dagang sehingga membuat emas yang berdenominasi dolar AS dianggap lebih mahal dibandingkan dengan kepemilikan aset lainnya.

Para trader obligasi juga menaikkan taruhannya bahwa Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga jangka pendeknya hingga 2019 karena pasar tenaga kerja yang semakin ketat, ditambah dengan inflasi AS yang mulai merangkak melampaui 2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper