Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI: Rupiah Menguat Karena Faktor Berikut Ini

Gubernur bank sentral Perry Warjiyo menegaskan penguatan rupiah sebagai hasil dari langkah konkrit BI dan pemerintah dalam menurunkan defisit transaksi berjalan.
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur bank sentral Perry Warjiyo menegaskan penguatan rupiah sebagai hasil dari langkah konkrit BI dan pemerintah dalam menurunkan defisit transaksi berjalan.

Selain itu, likuiditas valas mulai berjalan sesuai mekanisme pasar.

Rupiah pada pukul 14:49 WIB, Jumat (7/9), menguat 3 poin ke atau 0,02% ke level Rp14.890 per dolar AS.

"Ini karunia Allah untuk kita, rupiahnya stabil menguat. Kita telah melakukan langkah konkrit untuk menurunkan defisit transaksi berjalan," ujar Perry, Jumat (7/9).

Dia mengarisbawahi pemerintah juga telah melakukan langkah seperti B20 dan pembatasan impor melalui penyesuaian beberapa pos tarif barang konsumsi serta
beberapa langkah terkait pariwisata akan dilakukan.

BI yakin ini semua juga akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.

Dalam kesempatan ini, BI mengapresiasi ke pengusaha yang mempunyai devisa atau valas juga menjual valas.

"Ini menambah supply di pasar dua hari ini supply demand berlangsung bagian penting mengenai nilai tukar yang stabil," ujar Perry.

Selanjutnya, dia menegaskan bank sentral akan terus memfokuskan kebijakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah dengan sejumlah langkah, termasuk siap di pasar.

"Terkait dengan keberadaan kami di pasar dengan supply yang bertambah mekanisme pasarnya makin kuat," paparnya.

Alhasil, peningkatan nilai tukar juga banyak didukung oleh semakin meningkatnya pasokan dan permintaan.

Ke depannya, Perry menuturkan ruang untuk penguatan rupiah masih ada, mengingat inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi dan kondisi perbankan yang sehat.

"Apalagi denga penurunan defisit dedisit transaksi berjalan sehingga ada ruang rupiah lebih baik ke depan," ungkap Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper