Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tergerus Kekhawatiran Investor, IHSG Merosot Nyaris 4%

IHSG ditutup melemah 3,76% atau 221,80 poin ke level 5.683,50, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 3,76% atau 36,52 poin di level 5.868,78.
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tajam hampir 4% pada hari perdagangan kelima berturut-turut hari ini, Rabu (5/9/2018).

IHSG ditutup anjlok 3,76% atau 221,80 poin ke level 5.683,50, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 3,76% atau 36,52 poin di level 5.868,78.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.621,60 – 5.868,78. Dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 32 saham menguat, 411 saham melemah, dan 158 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi penekan utama terhadap koreksi IHSG hari ini.

Seluruh sembilan sektor pada IHSG ditutup melemah hari ini, dengan sektor konsumer mencatat pelemahan terdalam sebesar 4,17%, disusul sektor industri dasar yang melemah 3,99%.

IHSG melemah bersamaan dengan bursa saham lain di Asia, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang melemah 0,77% dan 0,51%, sedangkan indeks Hang Seng ditutup merosot 2,61% dan indeks Shanghai Composite melemah 1,68%.

Di Asia Tenggara sendiri, Indeks FTSE Straits Times melemah 1,70%, indeks FTSE Malay KLCI turun 0,95%, indeks SE Thailand melemah 1,30%, dan indeks PSEi Filipina melemah 1,64%.

Pelemahan bursa saham Asia terjadi di tengah kekhawatiran investor menjelang tenggat waktu yang dalam konflik perdagangan AS-China.

Periode komentar publik mengenai kemungkinan tarif baru AS untuk barang-barang impor China senilai US$200 miliar lainnya berakhir pada hari Kamis, dengan ekspektasi bahwa tarif tambahan akan dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump.

AS dan Kanada juga akan melanjutkan diskusi pada hari Rabu tentang pembenahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Ottawa tidak diharapkan untuk mundur pada isu-isu kunci meskipun adanya ancaman tindakan balasan oleh Trump.

"Hingga bulan lalu orang-orang berfokus pada pendapatan perusahaan AS tetapi sekarang mereka melihat secara dekat apa yang terjadi di pasar negara berkembang, pada perang perdagangan dan fakta bahwa AS kemungkinan akan menerapkan gelombang tarif lain terhadap China," kata Christoph Barraud. ekonom Market Securities, seperti dikutip Reuters.

Terlepas dari pelemahan beruntun IHSG, Head of Research Ciptadana Sekuritas, Arief Budiman mengatakan Indonesia masih dalam kondisi ekonomi yang baik berkat besarnya cadangan devisa.

“Investor asing memiliki kecenderungan menempatkan semua pasar negara berkembang dalam keranjang yang sama, oleh karena itu tidak ada jaminan bahwa negara dengan fundamental ekonomi yang baik akan tetap bertahan,” ungkap Arief, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (5/9/2018).

Dia melanjutkan, pelemahan rupiah yang menyentuh level terendah sejak krisis 1998 silam akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan menyarankan saham emiten batu bara, perkebunan dan perusahaan tekstil karena mereka dapat mengambil manfaat dari melemahnya rupiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper