Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Emas Masih Terhalau Penguatan Dolar AS

Emas mencatatkan tren penurunan sejak pertengahan Juli, ditambah dengan penipisan jumlah pembelian pada musim panas dan penguatan dolar AS. Logam mulia itu terus berada dalam tren penurunan sejak April, anjlok sekitar 12% dari titik tertinggi 2018.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Emas mencatatkan tren penurunan sejak pertengahan Juli, ditambah dengan penipisan jumlah pembelian pada musim panas dan penguatan dolar AS. Logam mulia itu terus berada dalam tren penurunan sejak April, anjlok sekitar 12% dari titik tertinggi 2018.

Hussein Sayed, Kepala Ahli Strategi Pasar ForexTime (FXTM) menilai bahwa bearish harga emas masih akan terus berlanjut. Emas spot merosot ke bawah posisi US$1.200-an per troy ounce, dan dapat dengan cepat menuju US$1.180 per troy ounce, kecuali ada alasan yang kuat bagi investor untuk melakukan pembelian emas.

Para spekulator masih mengawasi krisis mata uang lira Turki dan kenaikan risiko geopolitik di tengah sanksi ekonomi AS kepada Turki, dan banyak yang berdebat bahwa harga emas bisa saja semakin turun atau kembali naik dengan adanya ancaman-ancaman tersebut.

“Saya belum bisa optimistis untuk harga emas dalam jangka pendek,” ungkap Sayed, dilansir dari Reuters.

Benar adanya bahwa pelemahan lira Turki menyebarkan guncangan ketakutan hingga ke obligasi Uni Eropa dan sektor perbankan. Apabila dolar AS melemah, Sayed menilai bahwa investor bisa kembali menggunakan emas sebagai safe-haven.

“Untuk saat ini aset berdenominasi dolar AS masih lebih menarik, yang membuat pertumbuhan perekonomian AS semakin mantap. Yen dan franc juga menjadi aset mata uang yang cukup menarik, melihat Jepang dan Swiss kini bisa memperkuat pembelian dan ekspor berharga tinggi,” lanjutnya.

Kemudian, kekacauan di Turki juga belum berakhir. Pemangkasan suku bunga, diikuti dengan ketidakstabilan latar belakang politik Turki, utang pemerintah yang terlalu tinggi, dan Produk Domestik Bruto (PDB) yang melemah.

Peran Turki dalam pengembangan perekonomian Uni Eropa terbatas, kecuali sektor perbankan, karena harus menghadapi pasar utang negara. Masalah tersebut semakin berat karena ada kenaikan suku bunga dan semakin banyak investasi yang lebih berminat pada aset dolar AS, menjauh dari mata uang Emerging Market(EM).

Selain itu, risiko geopolitik juga semakin memanas antara AS dan Turki. Tekanan perdagangan, politik, dan pertentangan retorika dari pimpinan sejumlah negara semakin parah, sehingga menambah dampak sanksi pada Turki dan semakin menekan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

“Untuk saat ini semua masih tentang ketertarikan pada safe-haven dan pelemahan harga emas masih akan terus berlanjut. Kemudian, tekanan dari ekspektasi pertumbuhan perekonomian EM. China dan India merupakan pembeli utama emas fisik, jika anggaran dan permintaannya anjlok bersama dengan pelemahan mata uangnya, harga emas akan semakin tertekan,” lanjut Sayed.

EM semakin bergejolak di tengah perekonomian global yang kuat. Jika situasi saat ini bisa diatasi oleh intervensi dari masing-masing bank sentral anggota AS dan badan internasional seperti International Monetary Funds (IMF) dan Uni Eropa, sangat mungkin pertumbuhan ekonomi global tidak jadi melambat.

Jika peristiwa saat ini malah semakin kacau dan mulai mempengaruhi perekonomian global untuk jangka panjang, emas bisa kembali memuncak sebagai raja safe-haven.

Pada Senin (3/9) pukul 18.00 WIB, harga emas spot turun 1,88 poin atau 0,16% menjadi US$1.201,74 per troy ounce dan turun 7,76% secara year-to-date (ytd). Sementara itu, harga emas Comex naik tipin 0,50 poin atau 0,04% menjadi US$1.207,20 per troy ounce dan turun 8,21% sepanjang tahun.

“Harga emas kembali memerah ke bawah US$1.200 per troy ounce pada awal perdagangan karena dolar AS yang terus menunjukkan penguatan, menjadi penekan utama emas,” ujar Putu Agus Prasuamitra, analis PT Monex Investindo Futures, dilansir dalam laporan resminya, Senin (3/9/2018).

Putu memproyeksikan support terdekat harga emas berada di kisaran US$1.192 – US$1.192 per troy ounce. Sementara jika kembali ke atas US$1.200, emas memiliki peluang naik ke kisaran US$1.204 – US$1.208 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper